Karanganyar, Jatengnews.id – Bagi para pendaki yang berasal dari seantero Indonesia, Gunung Lawu merupakan salah satu gunung yang memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan gunung lain.
Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl tersebut, di sejumlah titik pendakian terdapat warung yang menawarkan aneka masakan dan minuman. Pendaki pun tidak perlu khawatir jika saat mendaki kehabisan bekal.
Lantas bagaimana pemilik warung membawa barang dagangan ke Puncak Lawu? Adalah Samin (45) warga Desa Gondosuli Kecamatan Tawangmangu, merupakan salah satu porter (pembawa barang, red) milik pedagang hingga kebutuhan lain dari basecamp pendakian.
Samin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sella Samin, telah melakoni pekerjaan sebagai pembawa barang sejak tujuh tahun lalu. Samin menuturkan, menjadi seorang porter tidak mudah. Dibutuhkan stamina dan fisik yang kuat.
Dijelaskannya, pemilik warung yang akan menggunakan jasanya, setelah belanja, langsung menuju basecamp pendakian. Barang dagangan tersebut, ujarnya langsung dibawa ke warung yang ada di Puncak Lawu.
“Pemilik warung biasanya belanja kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur, telur, mi instan serta berbagai bumbu dapur,” jelasnya Jumat (09/04/2021).
Dikatakannya, salah satu pelanggan jasanya adalah Robet. Salah satu pemilik warung yang berada di Pos 4 jalur pendakian Cemoro Kandang. Menurut Samin, Robet biasanya langsung menghubungi dirinya dan meminta untuk belanja sekaligus mengantarkannya ke warung.
“Pak Robet jarang belanja sendiri. Biasanya meminta saya untuk belanja dan langsung mengantarkannya. Setelah belanja, barang saya kemas dan diikat selanjutnya saya bawa naik ke atas,” ujarnya.
Ditambahkannya, ayah dua anak ini tidak hanya mengantar barang ke warung sekitar Pos 4 jalur Cemoro Kandang, Samin juga melayani pemilik warung yang ada di sekitar Hargo Dalem atau sekitar Warung Mbok Yem.
“Dari basecamp hingga warung yang ada di gunung biasanya ditempuh sekitar 4 jam hingga 4,5 jam perjalanan. Sedangkan soal harga sudah ada patokan tergantung jarak tempuh. Sekali angkut biayanya sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu,”tandasnya.
Selama menjadi porter, Samin mengaku tidak pernah mengalami kendala berarti. Kaki keram dan terpeleset menurutnya adalah hal biasa.Hanya saja, kata dia, cuaca tentu menjadi pertimbangan sebelum melakukan perjalanan naik gunung.
“Awalnya kapok. Tapi sekarang sudah terlatih. Bahkan saya pernah tidak istirahat saat membawa barang ke atas,”pungkasnya. (Iwan-02).