Demak, Jatengnews.id – Menyambut malam 21 Ramadan atau yang biasa disebut malam likuran dalam tradisi Jawa, Kabupaten Demak memiliki tradisi yang cukup unik yaitu Weh Huweh.
Weh Huweh yaitu tradisi bertukar makanan yang disajikan di depan rumah masing-masing. Tradisi tersebut digelar selepas shalat Maghrib hingga menjelang Isya. Makanan yang disajikan pun sangat beragam, sesuai dengan ciri khas keluarga masing-masing.
Tradisi yang masih lestari di sepanjang Jalan Sampangan hingga Domenggalan, Kelurahan Bintoro, Demak itu terlihat sangat meriah. Muda mudi hingga orang tua keluar memadati sepanjang jalan untuk saling sapa dan bertukar makanan hingga ada juga yang langsung memakannya di tempat.
Raut-raut ceria juga nampak terpancar di kawasan padat penduduk itu. Anak-anak kecil berlarian membawa balon berwarna-warni memadati kanan kiri jalan hasil bertukar makanan.
Imam Musholla Al Adhar Dukuh Sampangan Talkhis menuturkan, tradisi Weh Huweh tidak diketahui siapa yang memulainya. Semanjak ia lahir pada 1960 tradisi tersebut sudah ada dan dilestarikan hingga saat ini.
“Istilah lainnya juga disebut sodakohan, yang mana bertujuan untuk mengajari anak-anak kecil agar menjadi orang yang dermawan. Sedari kecil ditanamkan mindset untuk tidak pelit,” terangnya, Minggu (02/05/2021).
Menurutnya tradisi tersebut harus terus dilestarikan karena sangat baik mengajarkan untuk saling berbagi, bertukar jajanan atau makanan, hingga mengajarkan anak-anak kecil untuk saling silaturahmi.
“Makanan atau jajanan ditukar tanpa melihat tingkatan harga atau rasa. Ditukar dengan memilih apa yang disukainya,” terangnya.
Semua warga sudah yakin bahwa tradisi Weh huweh menjadi salah satu bekal untuk menuju Malam Seribu Bulan atau Lailatul Qodar. Hingga ditutup menjelang Isya agar masyarakat menjalankan ibadah shalat tarawih dan menajalan itikaf ditempat ibadahnya masing-masing. (Nizar-02)