29 C
Semarang
, 27 September 2023
spot_img

Tertarik Bacaan Al-Qur’an, Kedua Remaja Asal NTT Ini Memutuskan Jadi Mualaf

Semarang, Jatengnews.id – Ada cerita menarik dari dua remaja anak asuh di Panti Asuhan Ar-Roudiyah Kota Semarang. Mereka adalah Khoirunnisa (19), dan Abdul Hakim (15). Keduanya adalah seorang mualaf dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dua remaja tersebut memutuskan menjadi mualaf karena menuruti kata hati dan keyakinan yang tak terbendung untuk memeluk agama Islam. Perjalanan panjang spiritual dan keputusannya tak semudah seperti membalikkan tangan.

Cerita pertama dari Khoirunnisa, gadis asal Boti, NTT itu sempat ditolak keluarga besarnya ketika ingin menjadi seorang muslimah. Keyakinan dan tekad untuk pindah agama itu terwujud saat SMA.

Abdul Hakim dengan membaca Al-Qur’an. (Foto: Majid)

Dia bercerita, mulai tertarik dengan Islam ketika dia melihat dan mendengar orang membaca Al-Quran di Masjid dekat rumah bibinya. Saat itu, dia baru menginjak kelas 6 SD.

Nisa, sapaan akrabnya mulai mengenal Islam dan belajar otodidak melalui film dan novel yang bertema islami. Sampai akhirnya, ketika kelas 3 SMP dia memantapkan hati untuk memeluk Agama Islam.

Ia bercerita, awal memutuskan menjadi mualaf dia minta ijin kepada ibunya. Namun, saat itu ibunya menyarankann untuk minta pendapat ayahnya.

“Akhirnya saya ditemani ibu saya bilang ke ayah saya jika saya ingin mau masuk Islam,” jelasnya saat ditemui di Panti Asuhan Ar-Roudiyah Kota Semarang, Jumat (7/5/2021).

Ayahnya tak langsung merestuinya untuk memeluk Islam. Hal itu membuat Nisa bingung, namun keinginannya menjadi mualaf tetap tak terbendung. Nisa bahkan melakukan aksi protes dengan tidak makan dan minum selama tiga hari.

“Setelah itu saya tak mau makan dan minum selama tiga hari hingga akhirnya saya sakit. Setelah itu, ayah saya baru merestui,” imbuhnya.

Namun, masalah selanjut ada di kedua orang tuanya. Setelah membolehkan anaknya memeluk Agama Islam, orang tuanya menjadi bahan ejekan tetangga.

Namun, ayahnya tak menggubris ejekan itu. Bagi kedua orang tua Nisa, keputusan yang diambil anaknya adalah yang terbaik bagi Nisa.

Hingga akhirnya Nisa mempunyai kesempatan untuk belajar Agama Islam di luar daerah tempat tinggalnya.

“Ayah dan kaka saya mengantar saya ke Semarang untuk belajar Islam, Ayah juga berpesan untuk belajar agama Islam dengan sungguh,” paparnya.

Nisa hingga saat ini tak pernah pulang. Ia mengaku sudah 3 tahun menjadi mualaf dan belajar agama Islam. Bahkan, targetnya dia ingin menjadi penghafal Al-Quran. Saat ini dia baru proses menghafal juz 30.

Meskipun belum pernah pulang sejak ke Semarang, ia sering berkomunikasi dengan keluarga di kampungnya (Boti) untuk melepas rasa kangen kepada keluarga.

“Terakhir sekitar sebulan yang lalu, ya kangen dan rindu malah pada nangis semua,” ucapnya.

Cerita kedua dari Abdul Hakim, ia juga berasal dari Kupang, NTT. Ia bercerita awal mula tertarik dengan Islam ketika melihat teman sebayanya melaksanakan shalat di masjid. Ia mengamati dan mulai belajar dari Islam dari sana.

Ia mengaku, orang tuannya membolehkan dirinya memeluk Islam. Bahkan tidak ada penolakan dari keluarganya.

“Orang tua ya setuju saja. Juga tidak ada penolakan dari keluarga,” ucapnya saat diwawancara.

Ia mangaku dapat pesan dari keluarga untuk belajar yang betul tentang agama Islam. Ia saat ini tengah menempuh jenjang pendidikan persiapan masuk Al-Qur’an. Ia mengaku baru mempelajari membaca huruf dan membaca Alquran. (Majid-01).

Berita Terkait

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img

Berita Pilihan