26 C
Semarang
, 23 September 2023
spot_img

Cerita Pengrajin Batik Tulis Demak Hadapi Masa Pandemi

Demak, Jatengnews.id – Pegiat UMKM batik tulis warna alami, Yustika Yuliarti menyebut, di tengah maraknya batik cap, pembuatan batik tulis membutuhkan kesabaran lebih sehingga saat ini pengrajin batik tulis minim ditemui.

Selain itu, dalam segi penjualan batik tulis kerapkali dilakukan secara offline lantaran pembeli cenderung melihat dan harus menyentuh langsung kain demi memastikan barang.

“Penurunanya pasti besar (masa pandemi ini). Karena ada harga, buyer batik tulis penggennya nyentuh, paling bagus ya offline. 50 persen (penurunannya) ada,” terang Yustika saat ditemui di Plamongan Indah, Desa Batursari, Mranggen, Demak beberapa waktu lalu.

Menurutnya, pemasukan Batik Natra miliknya 2019 sekitar Rp 60-70 juta per tahun, sedangkan 2020 sekitar Rp 50 juta. Ia menyebut harus memberikan diskon besar kepada penjual hingga 30 persen pada awal pandemi.

“Saya sudah produksi banyak sebelumnya, dan Maret – Oktober 2020 sudah daftar berbagai event kedokteran dan di kota-kota besar, Solo, Jogja dan Bandung. Mau gak mau ya gimana lagi,” terangnya.

Meski demikian, ia beserta pegiat batik lainnya tetap berusaha hingga nekat tak nekat membuka komunikasi dengan berbagai pihak instansi pemerintah terkait.

“Alhamdulillah, nekat komunikasi dengan berbagai instansi pemerintah. Produk kami sudah masuk dalam virtual expo Pemprov Jateng,” ucapnya bersyukur.

Dukungan antar pegiat UMKM saat ini, lanjut Yustika, sangat berarti baginya. Bersama kelompok UMKM Desa Batursari atau biasa disebut Berbakat dari akronim Bersama Batursari Hebat, pihaknya tetap bertahan di tengah pandemi ini.

“Kita saling support, beli di produksi temen sendiri. Saling belajar. Ada fashion, kraft, kuliner, dan lainnya,” imbuhnya.

Yustika juga mengklaim sebagai satu satunya pegiat batik tulis yang menggunakan warna alami di Demak. Oleh karenanya dirinya terus melakukan eksperimen membuat desain motif sesuai imaginasinya.

“Kalau saya kan sukanya bikin motif anatomi tubuh manusia. Bisa saraf, lalu dicampur dengan campuran alam,” jelasnya.

Dikatakan, warna alam yang biasa ia gunakan untuk batiknya yaitu, pohon jambal, tingi, secang, teger, mahoni, jolawe, kulit manggis yang dikeringin, dan lainnya. “Ya masih berjalan perlahan, lebih ke entrepeneur tidak melulu soal bisnis,” terang owner Batik Natra yang bisa diakses daring, salah satunya melalui IG @natrabatik_21. (Zaidi-02)

Berita Terkait

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img

Berita Pilihan