Semarang, Jatengnews.id – Sejak zaman kolonial Belanda tahun 1936, Toko Roti Oen berdiri di Kota Semarang. Saat ini sudah di generasi ke tiga.
Selain historisnya yang lama, resep dasar roti yang di jual toko tersebut, mengadopsi dari Belanda. Hal itu disampaikan generasi ketiga Toko Oen, Yeni.
Baca juga: Festival Kuliner Aloon-Aloon Masjid Agung Kauman Jadi Jujukan Wisata Baru di Kota Semarang
“Jadi makanan kita memang kuno dan arah menu tokonya lebih ke Belanda,” ungkapnya saat di temui Jatengnews.id, di Pasar Sentiling Kota Lama Semarang, Kamis (22/9/2022).
Walaupun toko tersebut menyediakan roti-roti yang tergolong kuno, secara keseluruhan menu yang ia sajikan tetap ada inovasi yang baru.
“Makanannya ada yang baru, jadi yang awalnya belum ada, kita coba menu-menu lain yang tidak ada tersebut,” jelasnya.
Yang menjadi beda dari toko tersebut, menurutnya, makanan memang update dan mengikuti zaman namun resep dasarnya tetap pakai yang lama.
Tak terbayang, bagaimana ia mengkomparasikan antara resep lama dengan resep kekinian.
“Jadi namanya melestarikan makanan,” tuturnya menanggapi alasan tetap mempertahankan resep lama untuk makanan sekarang.
Selain menjual roti, ia juga menjual makanan lainnya dan sekarang juga punya anak cabang namanya Od Niew. Untuk harga makanan yang ia jual kisaran Rp 10.000 sampai Rp 50.000 an.
“Yang dipertahankan dari kualitas rasa. Dibolak balik kita tidak pernah pakai pengawet dan bahan kimia,” imbuhnya.
Baca juga: Kuliner Aloon-aloon Masjid Agung Semarang Resmi Dibuka, 3 Hari Selama 1 Minggu Berikut Harinya
Kuliner legenderis tersebut, ia kisahkan juga termasuk penggagas adanya pasar sentiling.
Kisaran tahun 1914 lalu, Pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemenangan Belanda dari Perancis, di Kota Semarang. Mereka menggelar Koloniale Tentoonstelling yang dihadiri dari Benua Eropa, Asia dan negara jajahannya.
“Karena orang sini tidak bisa ngomongToonstelling, jadinya sentiling,” tandasnya menceritakan asal usul nama sentilling. (Kamal-02)