29 C
Semarang
, 30 March 2023
spot_img

Perjalanan Kuli Panggul Dari Gerbong Ke Gerbong

Semarang, Jatengnews.id – Di tengah lalu lalang manusia di Stasiun Tawang Kota Semarang, terlihat beberapa pria yang sigap menunggu pengguna kereta yang datang maupun pergi.

Dengan mengenakan sragam baju berwarna biru bertuliskan KAI dibagian dada, terlihat ada dari mereka yang menyisiri gerbong satu ke gerbong lainnya.

Ada beberapa yang di tempat orang mengantarkan calon penumpang, ada juga yang bersiap di dekat jalur pemberhentian kereta.

Baca juga: Terbaru Syarat Lengkap Naik Kereta Api, Harus Bawa Bukti Vaksin

Mereka yang di luar, bakal menghampiri setiap kendaraan yang datang untuk menawarkan jasa mengakat barang bawaan para calon pengguna kereta.

Sedang mereka yang dijalur pemberhentian, bakal menatakan tangga untuk turun dari kereta, lalu menawar jasa yang sama kepada para penumpang yang turun.

Bukan beralaskan, jasa tersebut menjadi ladang rezeki bagi mereka yang beruntung dan menemukan orang berbaik hati dengan sukarela memberikan upah.

Tak jarang pula orang yang tidak memperdulikan atau membiarkan tawaran mereka begitu saja. Bahkan ada yang setelah menggunakan jasanya, berlalu begitu saja tanpa ucapan ‘terimakasih’.

Mereka biasa di sebut dengan porter atau kuli panggul, yang memang ada dalam setiap pemberhentian alat transportasi.

Salah seorang kuli panggul, Ali (53) mengaku, menjadi seorang porter sudah puluhan tahun ia jalani.

Ia merasa, disinilah tempat dirinya mendapatkan rezeki. Walaupun harus rela berjauhan dari keluarganya yang di Jepara, dirinya tetap harus menjalani karena untuk keluarga.

“Ini sementara kos di semarang,” ucapnya saat ditanya tinggalnya gimana, Sabtu (18/3/2023).

Ketikka ditanya apakah ingin bekerja di kota sendiri (Jepara) ia mengaku tetap ingin di dekat sana.

Sebelumnya, ia mengaku menjadi korban PHK dalam pekerjaan sebelumnya, sekira pada tahun 2013.

Baru setelah itu ia mulai menggeluti profesi dibidang kuli panggul yang bisa dikatakan sebagai jasa pelayanan publik.

“Kitakan palayanan, jadi siapa yang membutuhkan kita bantu,” jawabnya saat ditanya soal hal positif yang dirasakan.

Tak jarang, ia harus dengan cepat dan sigap karena orang yang dibantu tengah terburu. Kadang juga orang tua yang sudah tak mampu membawa beban berat, dirinya pasang badan untuk memberikan jasa pelayanan.

Dalam jasa ini, karena masyarakat ramai ketika hari-hari besar, sehingga menjadi hal wajar saat mendekati hari raya seperti Idul Fitri, Ali harus mengorbankan momentum kumpul dengan keluarga.”Itu sudah resiko,” katanya singkat.

Dalam Stasiun Tawang ini, ia menyebutkan terdapat dua grup kuli panggul yang telah resmi tercatat. Dalam dua grup tersebut, ada yang bertugas di siang hari dan malam hari.

Menurut Ketua Peguyuban Kuli Panggul Stasiun Tawang, Sugioni menjelaskan, terdapat 60 kuli panggul yang ada di Stasiun Tawang.

Baca juga: Breaking News, Mobil Ditabrak Kereta Api di Tambakrejo Semarang

“Dibagi menjadi dua grup siang dan malam, satu grup ada 30 orang,” sebutnya.

Saat ditanya perihal tarif, mereka mengaku tidak pernah memberikan patokan harga.

“Rata mereka memberi dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu,” sebutnya.

Mereka yang berprofesi sebagai kuli panggul, Sugiono menyebutkan ada juga yang sudah berumur 70 tahun.

Pernah suatu ketika ada pengalaman menarik dari salah satu anggotanya. Kisahnya, suatu ketika ada artis tiktok yang memberikan uang Rp 2 juta kepada kuli panggul. Pasalnya pemberian tersebut, karena ada kuli panggul rela berbagi kepada anggota lain yang usianya sudah memasuki masa udzur (lanjut usia).

“Itu pengalaman yang menarik dan pasti tak terlupakan,” ungkapnya.

Menurut pengakuan Sugiono, mereka yang bekerja disini tidak memiliki gaji yang pasti.”Gajinya ya dari orang yang dibantu tersebut,” pungkasnya. (Kamal-02)

Berita Terkait

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img

Berita Pilihan