30 C
Semarang
, 16 June 2024
spot_img

Jembul Tulakan Bakal Dikenalkan ke Dunia Lewat Turis Mancanegara

Jepara, Jatengnews.id – Penjabat (Pj) Bupati Jepara H. Edy Supriyanta ingin tradisi Jembul Tulakan dikenalkan ke panggung dunia. Caranya, mengundang para warga negara asing (WNA) untuk menyaksikan atraksi budaya itu. Selain karena unik, atraktif dan menarik, juga terkandung nilai historis ketokohan Sang Pahlawan Nasional Ratu Kalinyamat.

Pengenalan tersebut diyakini semakin menguatkan potensi kemajuan warisan budaya nusantara dari Kota Ukir ini. Demikian disampaikan Pj. Bupati Jepara menghadiri prosesi Jembul Tulakan, yang merupakan acara sedekah bumi di Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, belum lama ini.

Baca juga : Sedot Banyak Wisatawan Lokal dan Mancanegara Pemkab Jepara Dukung Pelestarian Atraksi Perang Obor

“Kegiatan ini harus diketahui oleh seluruh masyarakat. Kalau perlu undang bule-bule, karena di Jepara itu ada seribuan (WNA), tontonkan,” ujarnya.

Terlebih, budaya Jembul Tulakan kini sudah berlisensi sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau WBTB Indonesia.

Pemerintah daerah, dikatakan siap mendukung upaya-upaya pelestarian budaya. Ke depan, ia ingin suguhan tersebut semakin meningkat dan mendunia. Harapannya para WNA lebih mengenal Kabupaten Jepara. Setelah menyaksikan secara langsung, maka akan tertarik dan mempromosikannya ke negara asal mereka. “Kenalkan bahwa tiap desa itu ada budaya-budaya yang sangat luar biasa. Narasikan juga dengan bahasa yang sudah di-translate,” kata dia.

Promosi dengan konsep tersebut, pernah dilakukan oleh Pemkab Jepara belum lama ini. Dalam suguhan festival budaya di objek wisata Pantai Tirta Samudera, Bandengan. Kala itu menyuguhkan tradisi Jembul Banyumanis untuk menghibur wisatawan pada momen pemecahan rekor Muri.

Dari pantauan di lokasi prosesi budaya Jembul Tulakan, terlihat empat pasang jembul bergantian diarak menuju depan panggung kehormatan. Diiringi instrumen tabuhan gamelan dan lantunan gending dari waranggana. Empat jembul utama berupa gunungan serutan bambu berhias kain perca warna-warni. Sementara pasangannya adalah ancak atau pikulan yang berisi panganan khas desa setempat.

Menuju depan panggung gerakan arak-arakan jembul dan ancak terkadang liar, tidak tentu arah. Terkesan, ada yang merasuki. Para pemikul tampak berusaha mengendalikan laju gunungan, mencegah agar tak mengenai penonton. Hal ini juga yang jadi salah satu magnet animo masyarakat datang untuk menyaksikan. Bahkan, banyak pula yang menonton dari lantai atas bangunan-bangunan sekitar.

Petinggi Tulakan Budi Sutrisno menjelaskan, perayaan Jembul Tulakan tersebut merupakan sarana sedekah bumi. Wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat terhadap wilayah dan masyarakat desa. “Upacara ini bermula diadakan sebagai dukungan moril bagi Ratu Kalinyamat dalam mencari keadilan atas terbunuhnya sang suami, Sultan Hadlirin,” tuturnya.

Baca juga : Ratusan Siswa SD di Jepara Kompak Bersihkan Pantai Pelayaran

Keempat pasang jembul yang diarak mewakili wilayah kamitua atau kepala dukuh. Jembul pertama dari Kamitua Krajan, ditandai adanya golek dipuncak jembul. Penggambaran seorang tokoh bernama Sayyid Utsman. Diikuti jembul dari Kamitua Ngemplak dengan golek Mangun Joyo, jembul Winong terdapat golek barisan prajurit. Lalu jembul dari Kamitua Drojo dan Pejing dengan golek Mbah Leseh. “Jembul-jembul itu bermakna menghadapnya ‘nayaka praja’ yang mengantarkan ‘hulu bekti’ kepada Ratu Kalinyamat,” kata dia. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN