27 C
Semarang
, 9 October 2024
spot_img

Tangisan Ibu Kandung Mahasiswa PPDS Undip Korban Perundungan : Tolong Saya

Semarang, Jatengnews.id – Tetesan air mata ibu mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip di RSUP Kariadi, dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah.

Tangisan tersebut mulai terlihat ketika nama Aulia disebut oleh salah seorang wartawan, dalam konferensi pers kasus dugaan perundungan yang dialami oleh Aulia di Hotel PO Kota Semarang, Rabu (18/9/2024).

Baca juga : Video FK Undip Akui Adanya Perundungan Mahasiswa PPDS

Sebelumnya, Aulia telah ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya yang berada di Lempongsari, Kota Semarang. Kabar mengagetkan ini, cukup memukul ibu korban bahkan setelah meninggalnya sang anak pertama tersebut, disusul suaminya juga meninggal karena kaget  mendengar kabar anaknya meninggal dengan dugaan bunuh diri.

Saat ditanya seperti apa kondisi yabg dialami korban selama menjalani PPDS, dirinya langsung meneteskan air mata.

“Saya sebenarnya mau menceritakan, tapi saya nggak sanggup,” ucapnya dengan sesenggukan dihadapan Jatengnews.id dan awak media lainnya di Hotel PO Kota Semarang, Rabu (18/9/2024).

Dengan terus meneteskan air mata, dirinya mengaku memang sering mendapatkan keluhan dari anaknya. Ia juga menyebutkan adanya jam belajar atau praktik yang over time dialami mendiang anaknya.

“Rutinitasnya seperti itu, sampai akhirnya dia pulang dari RS jatuh 25 Agustus 2022. Itu karena saking ngantuknya dia nyetir motor jatuh ke selokan, sampai dia sadar sendiri. Malam-malam dini hari,” ujarnya menceritakan bagaimana awal mula anaknya mengalami cidera pada punggungnya (saraf kejepit).

Setelah Aulia terjatuh sepulang praktik di RSUP Dr. Kariadi tersebut ia mulai merasa sakit kakinya, kemudian punggungnya. “Kemudian saya menghadap untuk minta perlakuan tidak seperti itu (jam praktik over time) sama Kaprodi (Kepala Prodi). Dijawabnya bahwa itu untuk melatih mental dalam menghadapi berbagai pasien,” kisahnya obrolan dengan Kaprodi Anestesi Fakultas Kedokteran (FK) Undip.

Pasalnya, dirinya juga tidak hanya mengeluhkan kepada Kaprodi namun juga hal-hal yang dinilai sebagai bentuk ketidak laziman atau perundungan namun tidak mendapatkan penyelesaian.

Bahkan ia mengaku telah melakukan pelaporan ke Kaprodi Anestesi FK Undip tidak hanya sekali. “Beberapa kali saya menyampaikan kepada ketua produ, tapi responnya seperti itu,” ucapnya.

Disinggung soal pelaporan di Polda Jateng, Nuzmatun mengaku, menyerahkan persoalan penarikan iuran yang berlebihan ini biar kepolisian yang mengusut tuntas. “Terkait dengan kas angkatan itu memang kami sudah ada datanya. Sudah kami serahkan kepada Polda. Kemudian almarhumah mengirimkan itu ada semua (rekaman di buku setoran tabungannya), sudah saya laporkan ke Polda,” terangnya.

Saat ditanya hukuman seperti apa yang ia minta di berikan kepada para pelaku, dirinya kembali menangis dan memekik minta pertolongan.

“Tolong bantu saya, anak saya sudah tidak ada, anak saya harusnya sekolah, cari ilmu tapi apa yang didapat. Tolong bantu saya,” pekiknya.

Tidak hanya menyesali kepergian anaknya, ia juga menangisi suaminya yang tidak bisa mendampingi dirinya dalam mengawal kasus ini sebab meninggal dunia.

Baca juga : Menkes Budi Tanggapi Hoaks Kasus Dugaan Perundungan PPDS Undip

“Tolong bantu saya, tolong bantu saya, tolong bantu saya mencari keadilan. Tidak hanya satu nyawa, tapi suami saya yang seharusnya mendampingi saya, tapi sekarang apa?,” katanya. (Kamal-03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN