29 C
Semarang
, 16 May 2025
spot_img

Pegiat Literasi Apresiasi Buku Karya Nawal Arafah, Dorong Disalurkan ke Pesantren

Semarang, Jatengnews.id – Pegiat literasi dan orang tua santri Semarang apresiasi buku karya Bunda Literasi Jateng Nawal Arafah Yasin berjudul Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual.

Buku Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual ini bisa membuka jalan agar Lembaga pendidikan mampu wujudkan “wellbeing management”, guna membendung perundungan.

Baca juga: Edukasi Masyarakat, Diskominfo Karanganyar Gelar Literasi Digital

Seorang pegiat literasi asal Yogyakarta, Asmariyah, mengaku senang dapat mengikuti acara yang diselenggarakan di Perpusda Jawa Tengah, Jumat (16/5/2025).

Menurutnya, realitas perundungan di dunia pendidikan, juga di beberapa  pondok pesantren memang terjadi.

“Saya berharap, buku ini menyebar ke pondok pesantren, khususnya apa yang diutarakan bunda benar adanya mengenai kekerasan bullying,” tuturnya, 

Hal serupa, diungkapkan pegiat literasi, sekaligus orang tua santri, Tirta. Menurutnya, buku “Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual”, otentik karena lahir dari dalam pesantren, di mana Nawal dibesarkan. Dia pun memberi apresiasi kepada Bunda Literasi Jateng.

“Setelah buku ini muncul, setelah ibu menjadi bunda literasi, dan Ketua PKK, bagaimana kami sebagai pegiat literasi bisa terlibat di DP3AP2KB, untuk ikut terlibat di sini,” tuturnya.

Nawal mengungkapkan, buku ini lahir dari sebuah keprihatinan akan kasus perundungan yang ada di lingkungan pesantren. Menurutnya, perundungan dapat dicegah dengan menerapkan pendekatan kesejahteraan atau wellbeing management, di dunia pendidikan.

Dia menggarisbawahi, ada tiga poin yang wajib dilakukan oleh lembaga pendidikan. Pertama Save Environment (lingkungan yang aman), Inklusif dan kolaborasi. Karena, perundungan dan kekerasan seksual di lembaga pendidikan, seperti fenomena gunung es.

Menyitir data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), pada 2024 terjadi 573 kasus, terkait bullying dan kekerasan seksual.

“Maka membutuhkan kesadaran bersama membutuhkan kolaborasi bersama. Maka ketika buku ini harus disebarluaskan, tentu ini sangat baik, dan diharapkan memiliki dampak dan kontribusi positif,” tutur Nawal.

Baca juga: Wakil Gubernur Lantik Nawal Arafah Yasin Jadi Bunda Literasi

Dikatakan, pada buku ini tidak membeberkan kasus per kasus bullying atau kekerasan seksual. Di dalamnya menawarkan konsep lembaga pendidikan, khususnya pondok pesantren ramah anak dan perempuan.

“Budaya yang harus dibangun seperti apa, kemudian ketika ada korban apa yang harus dilakukan, kemudian sebagai penunjuk bagaimana langkah ketika ada antibullying dan kekerasan, dan bagaimanana pencegahannya,” imbuh Nawal.

Selain pencegahan, di dalam buku karya Nawal Arafah juga ditulis mengenai perlunya pendampingan bagi korban ataupun pelaku. Pendampingan itu dilakukan baik secara psikologis ataupun afirmasi positif, agar mereka tetap dapat melanjutkan pendidikan, berprestasi, dan tumbuh sehat.(02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN