Bandung, Jatengnews.id – Gejolak ekonomi global kembali menekan sektor industri ekspor Indonesia, terutama di Jawa Barat sebagai pusat manufaktur dan ekspor nasional.
Dalam diskusi publik “Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk?”, para ekonom, pelaku industri, dan pemangku kebijakan menyoroti ancaman dan peluang yang muncul.
Baca juga : Permintaan Domestik Makin Kuat Ekonomi Jateng Terus Meningkat
Pemimpin Redaksi Suara. com Suwarjono, menyebutkan bahwa tekanan krisis sudah terasa sejak awal tahun. Berdasarkan data BPS, pada Januari 2025 ekspor nonmigas Jawa Barat ke Amerika Serikat mencapai USD 499,53 juta atau 16,62% dari total ekspor nonmigas provinsi.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, Ph.D., mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi risiko serius akibat perang dagang AS-Tiongkok.
Prof. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran memaparkan dampak kebijakan tarif AS terhadap industri Jawa Barat, terutama sektor tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki.
Meski demikian, Prof. Rina juga mengidentifikasi peluang melalui pergeseran rantai pasok global. Mohammad Faisal menekankan pentingnya pengendalian arus impor dan peningkatan komponen lokal.
Strategi lainnya adalah implementasi skema TKDN untuk memberi insentif investasi dan membangun fundamental ekonomi yang tangguh.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penguatan ekonomi domestik bukan lagi pilihan tetapi keharusan. Pemerintah perlu menerapkan skema TKDN untuk memberi insentif terhadap investasi yang telah masuk dan akan masuk.
Baca juga : Puncak CJIBF Jateng Siap Pimpin Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
“Dengan demikian, industri lokal dapat diperkuat, lapangan kerja berkualitas dapat diciptakan, dan rantai pasok nasional yang tangguh dapat dibangun,” imbuhnya. (03)