28 C
Semarang
, 5 June 2025
spot_img

Menakar 100 Hari Kerja Luthfi-Yasin di Jateng‎


‎Penulis : Yanuar Aris Budiharto, S.IP (alumni FISIPOL UNWAHAS, Founder Komunitas Next Leader Club)


Jatengnews.id – ‎‎Dalam era media sosial yang serba cepat, pemimpin sering dinilai dari seberapa sering mereka muncul di linimasa publik. Namun, apakah eksistensi digital bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan kinerja? Jawaban ini diuji oleh duet Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, dan Wakil Gubernur, KH. Taj Yasin Maimoen—yang akrab disapa Gus Yasin. Keduanya membuktikan bahwa kepemimpinan bukan tentang pencitraan, tetapi kerja nyata untuk rakyat.

‎Dalam 100 hari pertama, duet Luthfi–Gus Yasin berhasil mengawal implementasi 38 dari 136 program prioritas. Ini berarti sekitar 28 persen program sudah aktif dijalankan, dan 54 persen sisanya telah dianggarkan untuk tahun berjalan.

‎Capaian ini merupakan lompatan signifikan yang menunjukkan kesigapan eksekutif provinsi dalam menindaklanjuti visi-misi kampanye menjadi realitas kebijakan.

‎Salah satu inovasi unggulan adalah program pendidikan inklusif melalui kerja sama dengan sekolah swasta. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menanggung biaya pendidikan siswa miskin di 139 sekolah swasta dengan bantuan Rp. 2 juta per anak per tahun. Ini bentuk konkret pemerataan akses pendidikan, tanpa diskriminasi antara sekolah negeri dan swasta.

‎Tak kalah penting, program “Speling” (Spesialis Keliling) membuka layanan kesehatan gratis oleh dokter spesialis langsung di desa-desa. Masyarakat pedesaan kini bisa mengakses layanan medis lanjutan tanpa harus ke rumah sakit kota besar—sebuah bentuk keadilan layanan publik yang progresif.

‎Di sektor transportasi, subsidi tarif Trans Jateng diturunkan Rp. 1.000 untuk pelajar, buruh, disabilitas, lansia, dan veteran. Selain meringankan beban harian, langkah ini juga mendorong penggunaan transportasi umum sebagai upaya mengurangi polusi dan kemacetan.

‎Inisiasi Provinsi Moderat

‎Perlu digarisbawahi bahwa kesuksesan pemerintahan Jawa Tengah tak lepas dari sinergi yang dibangun Gubernur Ahmad Luthfi dengan Wakilnya; Gus Yasin. Sebagai tokoh muda Nahdlatul Ulama dan putra ulama kharismatik KH. Maimoen Zubair, Gus Yasin menjadi jembatan penting antara kebijakan pemerintahan dan masyarakat pesantren serta kelompok keagamaan.

‎Dalam 100 hari pertama, Gus Yasin aktif memimpin dialog antarumat, mendorong sinergi antara pemerintah dan tokoh agama, serta memperkuat posisi Jateng sebagai provinsi moderat dengan toleransi tinggi.

‎Ia juga mengawal program pesantren produktif, di mana pesantren didorong untuk mandiri secara ekonomi melalui pelatihan keterampilan, koperasi santri, dan digitalisasi ekonomi pesantren.

‎Dengan latar belakang religius dan pengalaman birokrasi, Gus Yasin berperan sebagai penguat akar ideologis pemerintahan dan sekaligus motor penggerak sosial keumatan. Ia bukan hanya pelengkap, tetapi mitra strategis dalam kepemimpinan yang harmonis dan komplementer.

‎Ahmad Luthfi dan Gus Yasin menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah kontes popularitas. Mereka tidak mengejar “likes”, tapi mewujudkan solusi konkret bagi rakyat. Namun, di era digital, kurangnya eksposur terhadap kerja-kerja lapangan mereka membuat sebagian publik tak menyadari capaian yang telah dihasilkan.

‎Inilah tantangan ke depan: memperkuat strategi komunikasi publik, agar masyarakat tahu, paham, dan terlibat dalam program pemerintah. Pemerintah provinsi perlu meningkatkan peran tim media dan kehumasan agar informasi pembangunan dapat diterima dengan narasi yang menarik dan mudah dipahami.

‎Evaluasi dan Catatan Kritis

‎Meskipun banyak program unggulan berhasil diluncurkan, masih terdapat ruang untuk perbaikan. Salah satunya adalah soal pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan eksekusi program, agar rakyat merasa memiliki dan menjaga keberlanjutan program tersebut.

‎Dalam hal ini Strategi digital communication juga perlu dikuatkan, karena sekarang persepsi publik dibentuk dari informasi viral.

‎Pada poin ini saya rasa yang perlu dievaluasi justru adalah tim komunikasi Gubernur–Wakil Gubernur harus mampu memadukan substansi program dengan narasi yang mudah dipahami, menyentuh emosi dan logika warga.

‎Kepemimpinan Ahmad Luthfi dan Gus Yasin telah memberi arah baru dalam tata kelola Jawa Tengah: kuat di substansi, tegas di eksekusi, dan terbuka terhadap keragaman. Mereka membuktikan bahwa duet militer-sipil, teknokrat-ulama, dapat menghadirkan kepemimpinan yang utuh—berbasis rasionalitas program dan kedalaman nilai.

‎Menilai kinerja pemimpin dalam 100 hari memang tidak bisa memberikan gambaran menyeluruh. Namun, jika capaian awal ini dijaga dan ditingkatkan, maka publik Jawa Tengah patut berharap pada pemerintahan yang bukan hanya bekerja, tapi juga hadir, dirasakan, dan didukung rakyat.

‎Kini saatnya menjadi warga yang kritis, bukan hanya sekedar nyinyir. Mari menilai pemimpin dari program, bukan sekedar pencitraan. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN