24 C
Semarang
, 13 Juni 2025
spot_img

500 Aparat Kawal Grebeg Besar Demak

Demak, Jatengnews.id — Tradisi budaya dan religi tahunan Grebeg Besar kembali digelar meriah di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Guna memastikan prosesi sakral berlangsung aman dan tertib, sebanyak 500 personel gabungan dikerahkan untuk mengawal rangkaian acara, mulai dari kirab Tumpeng Songo, tradisi ancakan, hingga penjamasan pusaka Sunan Kalijaga.

Baca juga : Guyangan, Jejak Kearifan Lokal dalam Sakralnya Grebeg Besar Demak

“Kami dari Polres Demak menurunkan 300 personel. Sisanya berasal dari Kodim 0716/Demak, Satpol-PP, Dishub, PMI, serta elemen pendukung lainnya,” ujar Wakapolres Demak, Kompol Satya Adi Nugraha saat dikonfirmasi, Jumat (6/6/2025).

Acara puncak Grebeg Besar jatuh pada 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha. Sejak malam takbiran, ribuan warga lokal hingga luar kota sudah mulai memadati lokasi acara demi mengikuti ritual sakral dan mencari keberkahan dari jejak para wali.

“Tradisi ini membawa nilai spiritual sekaligus budaya. Tugas kami adalah memastikan semua berjalan aman dan nyaman bagi masyarakat,” tegas Satya.

Prosesi dimulai dengan kirab Tumpeng Songo—sembilan tumpeng raksasa berisi makanan hasil bumi yang diarak dari pendopo kabupaten menuju Masjid Agung Demak. Angka sembilan melambangkan Wali Songo, penyebar agama Islam di tanah Jawa.

“Tumpeng ini sebagai simbol syukur dan doa warga Demak kepada Allah atas limpahan berkah-Nya,” ucap Bambang Purwanto, salah satu panitia kirab.

Kemudian dilanjutkan dengan tradisi ancakan, yakni sedekah makanan dari keturunan Sunan Kalijaga yang dibagikan kepada peziarah dan masyarakat di Pendopo Notobratan Kadilangu. Tradisi ini mengawali penjamasan pusaka bersejarah milik sang wali—Kutang Anta Kusuma dan Keris Kiai Carubuk—yang menjadi puncak acara.

“Ini adalah bentuk penghormatan pada warisan spiritual dan budaya leluhur,” jelas Bambang.

Petugas ditempatkan di berbagai titik strategis, termasuk kawasan padat peziarah dan jalur utama menuju lokasi. Satya mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada selama kegiatan.

“Kami antisipasi gangguan seperti pencopetan, pencurian kendaraan, hingga pecah kaca mobil. Maka dari itu, selain pengamanan terbuka, kami juga menerjunkan personel secara tertutup,” ujar Satya.

Tak hanya prosesi budaya, pengamanan juga difokuskan ke area Pasar Rakyat di Lapangan Tembiring Jogoloyo yang menghadirkan hiburan musik dan ratusan stan UMKM.

“Pasar ini ramai sekali, terutama saat malam. Ada potensi kericuhan antar penonton, jadi kami mohon pengunjung menjaga ketertiban bersama,” tambah Satya.

Selain sebagai bagian dari warisan budaya Islam Jawa, Grebeg Besar juga menjadi penggerak ekonomi rakyat. Kehadiran pasar rakyat, kuliner tradisional, hingga cinderamata peziarah menjadi penyambung semangat warga dalam menjaga tradisi ini.

Baca juga : Grebeg Besar Jadi Agenda Nasional, Berpeluang di Kancah Internasional

“ini adalah momentum kebersamaan masyarakat lintas generasi setiap tahunnya. Tradisi harus dijaga, tapi keamanan tetap yang utama,” pungkasnya. (Sam-03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN