
Semarang, Jatengnews.id — Franciscus Xaverius menjadi yang terbaik lomba Storytelling kategori anak dalam rangka HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang.
Disusul oleh Dominic Pangayun Kaylas Dinata di posisi kedua, dan Melania Brielle Setianan sebagai juara ketiga lomba Storytelling HUT ke-85 Keuskupan Agung Semarang.
Sebelumnya, dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-85 Keuskupan Agung Semarang panitia menggelar serangkaian kegiatan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah Bidang Aksi, dalam fokus pendidikan, lingkungan hidup, dan perlombaan.
Khusus dalam bidang lomba, panitia menyelenggarakan tiga jenis kompetisi yang telah memasuki tahap final. Pada Jumat, 6 Juni 2025, babak final digelar di Theater Soegijapranata Catholic University (SCU), meliputi: Lomba Storytelling untuk kategori anak dan remaja, Lomba Tutur Kitab Suci, serta Lomba Lagu dari Madah Bakti dan Kidung Adi.
Baca juga: Semarak HUT 85 Tahun, Keuskupan Agung Semarang Adakan Kegiatan Positif
Kegiatan ini disambut dengan antusiasme tinggi dari umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Agung Semarang.
“Antusiasme dari umat KAS sangat luar biasa. Untuk storytelling diikuti oleh sekitar 76 paroki, tutur kitab suci oleh 78 paroki, dan lomba musik diwakili oleh 16 paroki,” ungkap Romo Romualdus Subiantara Putra Perdana, yang akrab disapa Romo Suby, selaku Ketua Bidang Aksi.
Romo Suby menyoroti peran penting sekolah-sekolah Katolik dalam mempersiapkan para peserta, khususnya pada lomba storytelling dan tutur kitab suci.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan, baik secara iman maupun umum, menjadi fondasi utama dalam pembinaan umat.
“Anak-anak yang ikut storytelling dan tutur kitab suci umumnya dipersiapkan di sekolah. Ini menjadi tanda bahwa pendidikan adalah dasar penting dalam kehidupan dan pengembangan umat Gereja,” jelasnya.
Pemilihan jenis lomba pun tidak lepas dari misi pembinaan iman secara kreatif. Lomba storytelling dan tutur kitab suci diharapkan menjadi sarana melatih generasi muda untuk menghayati, memahami, dan menyampaikan pesan iman dengan lebih mendalam.
“Lomba-lomba ini menjadi bekal bagi anak-anak dan remaja untuk terus berkembang dan aktif dalam berbagai ajang rohani,” tambah Romo Suby.
Sementara itu, kategori musik menampilkan lagu-lagu dari Kidung Adi dan Madah Bakti, yang dianggap sebagai kekayaan liturgi khas Keuskupan Agung Semarang.
“Kami memilih Kidung Adi dan Madah Bakti karena di dalamnya terdapat kekayaan musikal Gereja yang sangat khas, yang dapat memperkaya kehidupan iman umat,” tutur Romo Suby.
Ia juga menyampaikan harapannya agar kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang perlombaan semata, melainkan juga menjadi sarana pembentukan dan penguatan komunitas iman dalam kehidupan menggereja.
Daftar Pemenang Lomba
Dalam Lomba Storytelling kategori Anak, juara pertama diraih oleh Franciscus Xaverius Castiel Kazio Sunanto (Paroki Santo Petrus Krisologus BSB).
Disusul oleh Dominic Pangayun Kaylas Dinata (Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Katedral) di posisi kedua, dan Melania Brielle Setianan (Paroki St.Alfonsus Maria de Liguori Nandan) sebagai juara ketiga.
Baca juga: Semarak HUT 85 Tahun, Keuskupan Agung Semarang Adakan Kegiatan Positif
Untuk kategori Remaja, posisi pertama ditempati oleh Brigitta Alicia Bupu Alfons (Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Katedral), diikuti oleh Agatha Angelina Nabila Susilo dari (Paroki Keluarga Kudus Benteng), serta Leticia Bellatrix Larasingtyas (Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Katedral) sebagai juara ketiga.
Sementara itu, dalam Lomba Tutur Kitab Suci kategori Anak, prestasi terbaik diraih oleh Alexandra Malca Agung (Paroki Santa Perawan Maria Regina Purwodadi, Solo). Juara kedua diraih oleh Felicia Ayudya Chaterine Pramesti (Paroki Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Palur) dan tempat ketiga oleh Mariana Renata Chrisell Bunganen (Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta).
Pada kategori Lomba Lagu Madah Bakti & Kidung Adi, Paroki Santo Athanasius Agung, Karangpanas,Semarang tampil sebagai juara pertama. Disusul oleh Paroki Santa Theresia, Bongsari, Semarang di posisi kedua, dan Paroki Santo Petrus dan Paulus, Babadan, Sleman di tempat ketiga. (01).