SEMARANG, Jatengnews.id – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pembangunan Hybrid Sea Wall atau tanggul laut hybrid di Kabupaten Demak dimulai pada Oktober 2025.
Proyek ini digagas sebagai solusi permanen mengatasi banjir rob yang kerap melanda kawasan pesisir utara Jawa, khususnya wilayah Sayung, Demak hingga Kedung, Jepara.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menyampaikan langsung rencana tersebut usai memimpin rapat koordinasi penanganan banjir rob di ruang kerjanya pada Rabu (25/6/2025).
Baca juga: 20 Tahun Hidup di Tengah Rob, Warga Demak Gantungkan pada Tanggul Laut Raksasa
“Alhamdulillah finalisasi sudah ketemu. Insyaallah akan bisa segera dikerjakan. Juli sampai September ini kita mulai dari pematangan desain sampai penentuan titik koordinat. Pemkab Demak bertugas untuk sosialisasi ke masyarakat,” ujar Taj Yasin.
Proyek tanggul laut hybrid ini akan dikerjakan secara multiyears (tahun jamak), dengan target pengerjaan fisik dimulai Oktober 2025. Pemerintah pusat disebutkan akan mengucurkan dana sebesar Rp1,7 triliun untuk membiayai pembangunan tahap awal.
Tanggul tersebut dirancang membentang sepanjang 20 hingga 30 kilometer, mulai dari pesisir Sayung, Demak hingga ke Kecamatan Kedung, Jepara.
“Target kami, tahun 2026 pengerjaan bisa selesai. Tapi tentu tergantung kelancaran proses dan dukungan masyarakat,” tambah Taj Yasin.
Konsep Hybrid Sea Wall ini merupakan hasil riset panjang dari tim Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang telah melakukan kajian sejak 2012 di wilayah Timbulsloko, Sayung.
Denny Nugroho Sugianto, anggota Tim Pengendalian Rob Jateng dari LPPM Undip, menjelaskan bahwa Hybrid Sea Wall memadukan elemen teknologi dan pendekatan ekologi.
Menurutnya, pendekatan berbasis alam ini sangat cocok diterapkan di wilayah Pantura yang memiliki karakter tanah muda dan lunak. Keberadaan vegetasi mangrove juga akan memperkuat garis pantai secara berkelanjutan, mencegah abrasi, dan memulihkan ekosistem laut.
“Ini bukan hanya tanggul, tapi bagian dari upaya restorasi pesisir. Solusi ini juga cocok untuk direplikasi di wilayah pesisir Indonesia lainnya,” tegas Denny.
Rapat koordinasi yang digelar Pemprov Jateng juga dihadiri berbagai pihak seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Demak, serta dinas-dinas terkait dari provinsi dan kabupaten.
Baca juga: Wagub Jateng Hadiri Istighosah Tolak Banjir Sayung, Tegaskan Tanggul Laut Diperpanjang 20 KM
Pembahasan mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab, termasuk proses perizinan, pengadaan lahan, tender proyek, dan pendampingan sosial bagi masyarakat yang terdampak pembangunan.
Taj Yasin menekankan pentingnya sinergi dan keterlibatan masyarakat agar pembangunan tanggul laut hybrid ini tidak hanya menyelesaikan masalah rob, tetapi juga menciptakan dampak positif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Kita ingin masyarakat pesisir merasa aman, tenang, dan memiliki masa depan yang lebih baik. Maka kami mohon dukungan semua pihak,” pungkasnya.(02)