32.5 C
Semarang
, 26 Juni 2025
spot_img

Tanggul Laut Jadi Solusi Utama Atasi Banjir Rob Sayung, Pakar Undip: Hanya Ini Cara Cepatnya

Pernyataan itu disampaikan langsung oleh pakar tata kota Universitas Diponegoro, Prof Dr Ing Wiwandari Handayani ST MT MPS

SEMARANG, Jatengnews.id  – Banjir rob yang terus menggenangi wilayah pesisir Sayung, Kabupaten Demak, sejak 1990 dinilai hanya bisa diatasi secara cepat melalui pembangunan tanggul laut.

Pernyataan itu disampaikan langsung oleh pakar tata kota Universitas Diponegoro, Prof Dr Ing Wiwandari Handayani ST MT MPS, menyikapi kondisi banjir rob yang kian parah hingga mencapai jalan raya.

“Hanya tanggul laut yang bisa menahan naiknya air laut pasang yang semakin ekstrem. Ini akibat dari perubahan iklim global yang makin terasa dampaknya,” tegas Prof Wiwandari.

Baca juga: Pemprov Jateng Perbanyak Pompa Atasi Rob Sayung Demak

Banjir rob saat ini tidak hanya merendam permukiman warga, namun juga meluap ke jalan raya dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter. Rob disebut kerap muncul pada siang hari dan makin tinggi di malam hari.

Tanggul laut yang tengah dibangun oleh pemerintah pusat di kawasan Semarang–Demak merupakan bagian dari proyek strategis nasional. Tanggul ini dirancang terintegrasi dengan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 (Semarang–Sayung) sepanjang 10,634 kilometer.

“Pembangunan tanggul ini tidak bisa dirasakan manfaatnya secara instan karena masih berjalan. Tapi ini langkah krusial untuk jangka panjang penanganan rob di Pantura,” jelasnya.

Proyek dengan anggaran mencapai Rp 10,9 triliun ini ditargetkan selesai pada tahun 2027, sekaligus mengeringkan lahan seluas 576,04 hektare yang kerap tergenang.

Selain tanggul laut, proyek ini juga mencakup pembangunan Kolam Retensi Terboyo dan Sriwulan yang akan berfungsi menampung air rob dan banjir sebelum dialirkan ke laut atau kawasan resapan.

Selain pembangunan infrastruktur, Prof Wiwandari menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga ekosistem pesisir. Ia mendorong warga terlibat aktif dalam penanaman mangrove dan pengelolaan perikanan berkelanjutan sebagai bentuk adaptasi jangka panjang.

“Kalau masyarakat tidak ikut menjaga lingkungan pesisir, ke depan pemerintah bisa kewalahan lagi. Padahal perubahan iklim dan pembangunan kota terus berjalan,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lewat program Mageri Segoro yang dipelopori Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin. Program tersebut menargetkan penanaman 1,5 juta pohon mangrove di lahan seluas 150 hektare sepanjang pantai utara Jawa Tengah.

“Ini program bagus untuk memulihkan dan menjaga kesehatan ekosistem pesisir yang rusak karena abrasi dan perubahan iklim,” tambahnya.

Baca juga: 20 Tahun Hidup di Tengah Rob, Warga Demak Gantungkan pada Tanggul Laut Raksasa

Sembari menunggu tanggul laut rampung, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tetap melakukan berbagai langkah penanganan jangka pendek. Di antaranya, pompanisasi di titik-titik genangan, pengerukan dan normalisasi sungai, perbaikan drainase permukiman.

Bantuan sosial bagi warga terdampak rob seperti sembako, alat tulis, serta Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG).

Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jateng-DIY, Khusairi, menambahkan bahwa pembangunan jalan tol Semarang–Sayung ini memang dirancang dengan konstruksi khusus tanggul laut (giant sea wall) agar dapat meminimalkan risiko banjir rob di masa depan.(02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN