27.6 C
Semarang
, 28 Juni 2025
spot_img

Marheno Jayanto, Perintis Batik Semarangan yang Sempat Hilang

Marheno memperkenalkan batik dengan pewarna alami dan motif ikonik Kota Semarang, seperti Lawang Sewu

SEMARANG, Jatengnews.id – Di balik butik kecil bernama Zie Batik di Kampung Malon, Gunungpati, tersembunyi kisah besar tentang kebangkitan batik Semarangan yang sempat hilang dari identitas Kota Semarang.

Adalah Marheno Jayanto (54), bersama almarhum istrinya Zazilah (Zie), yang memulai perjuangan menghidupkan kembali batik khas Semarang sejak tahun 2004.

Baca juga: Pengunjung Museum Batik Pekalongan Tembus 48 Ribu

“Kami datang dari Jakarta karena melihat Semarang tidak punya batik khas. Padahal ini wilayah Jawa, potensinya besar sekali,” kata Marheno kepada Jatengnews.id, Sabtu (28/6/2025).

Bersama istrinya, Marheno memperkenalkan batik dengan pewarna alami dan motif ikonik Kota Semarang, seperti Lawang Sewu. Mereka membina masyarakat lokal — dari petani penghasil pewarna alami seperti tanaman indigo, hingga ibu-ibu pembatik cap dan tulis.

“Dulu batik hanya dianggap pakaian orang tua. Kami ingin ubah itu, jadi fashion yang bisa dipakai anak muda juga,” tambahnya.

Tak hanya memproduksi batik, Zie Batik kini juga menjadi pusat edukasi dan wisata batik alam, dari proses penanaman pewarna, panen, hingga membatik. Mereka mampu memproduksi hingga 400 potong batik cap per bulan, dan batik tulis bernilai hingga Rp25 juta.

Baca juga: Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Melalui Batik Lasem yang Mendunia

Atas jasanya, Marheno dan mendiang istri mendapat penghargaan sebagai perintis batik Semarang dari Wali Kota Semarang saat itu, Sukawi Sutarip.

“Kami tidak sekadar jual produk. Kami bangun kesadaran bahwa Semarang punya batik yang kuat dan punya ciri khas sendiri,” tutup Marheno.

Kini, batik Semarangan kembali hidup dan terus tumbuh lewat semangat dan warisan yang ditinggalkan oleh pasangan pelestari budaya ini.(02)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN