SEMARANG, Jatengnews.id – Suasana khas angkringan pinggir jalan terasa begitu nyata di salah satu sudut Jateng Fair Festival 2025.
Tepatnya di Stan Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) Provinsi Jawa Tengah, yang berlokasi di Gedung Merbabu, Kompleks PRPP Semarang, stan ini menyuguhkan pengalaman kuliner dan nongkrong yang unik sekaligus menggugah nostalgia.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada gelaran Jateng Fair 2025 kali ini, Diskop UKM Jateng menghadirkan konsep “Angkringan Tradisional”. Di tengah festival yang mengusung tema besar “The Innovation”, stan ini justru membawa pengunjung menikmati suasana sederhana nan akrab yang menjadi ciri khas angkringan Jawa.
Baca juga: Produk Lokal Berkualitas Ekspor Ramaikan Jateng Fair 2025
Begitu memasuki area stan, pengunjung disambut gerobak angkringan lengkap dengan tikar untuk lesehan, lampu temaram, serta aroma khas dari nasi bakar dan wedang uwuh yang mengepul hangat.
“Sangat menarik sih, vibes-nya kayak di angkringan beneran. Bisa nongkrong, makanannya juga menu angkringan semua,” ujar Darmawan, remaja asal Semarang yang datang bersama teman-temannya.
Darmawan mengaku sengaja datang ke Jateng Fair 2025 untuk mengisi waktu libur. Saat berkeliling, ia tertarik dengan stan bertema angkringan tersebut.
“Aku sama temen-temen emang suka nongkrong di angkringan. Tadi pesan nasi kucing, ada yang minum kopi, wedang uwuh, terus makan sate bareng-bareng,” katanya sambil tersenyum.
Menu yang ditawarkan pun benar-benar otentik ala angkringan, dengan harga yang sangat ramah di kantong, berkisar antara Rp3.000 hingga Rp13.000. Mulai dari nasi kucing, nasi bakar, sate usus, sate telur puyuh, sate kikil, sate kere, sate gembus, hingga berbagai jajanan seperti gemblong dan tempe bacem. Untuk minuman, tersedia kopi, teh, dan aneka wedangan khas Jawa.
Menurut Haniah, Ketua Asosiasi Semar Mesem—komunitas UMKM binaan Diskop UKM yang mengelola stan ini—ide angkringan hadir sebagai bentuk promosi kuliner lokal sekaligus pemberdayaan UMKM.
“Kami dari Semar Mesem dipercaya Diskop UKM Jateng untuk mengelola stan ini. Konsep angkringan dipilih agar pengunjung bisa merasakan suasana akrab, sambil menikmati makanan lokal dengan tampilan yang tetap rapi dan menarik,” jelas Haniah saat ditemui di lokasi.
Ia menambahkan, selama Jateng Fair berlangsung dari 27 Juni hingga 6 Juli 2025, lima orang anggota komunitas Semar Mesem bertugas secara bergiliran untuk melayani pengunjung.
“Yang paling banyak dicari itu nasi bakar, terus sate-satean seperti sate kikil dan sate gembus, lalu jajanan kayak gemblong juga laris. Alhamdulillah, kami bersyukur diberi kesempatan untuk tampil dan memperkenalkan produk olahan pangan lokal kepada masyarakat luas,” tambahnya.
Lebih dari sekadar tempat makan, stan ini menjadi ruang interaksi sosial yang hangat. Pengunjung bisa bersantai lesehan, berbincang santai, bahkan menikmati suasana khas malam di Jawa, meski berada di dalam gedung pameran.
Baca juga: Jateng Fair 2025 Diharapkan Mampu membangkitkan Perekonomian Baru
Diskop UKM Jateng berharap konsep ini dapat semakin mengenalkan kekayaan kuliner lokal kepada generasi muda, sekaligus memperkuat posisi UMKM dalam ekosistem ekonomi kreatif daerah.
Jateng Fair Festival 2025 terbuka gratis untuk masyarakat dan berlangsung hingga 6 Juli 2025. Selain stan kuliner dan UMKM, acara ini juga menampilkan pameran inovasi dari OPD, BUMD, Pemkab/Pemkot se-Jawa Tengah, serta konser musik dan wahana permainan keluarga.
Informasi lengkap mengenai acara dapat diakses melalui akun Instagram resmi di @prppjateng dan @jatengfairfestival2025.(02)