Beranda Daerah Inflasi Jawa Tengah Masih Terjaga Usai Panen Raya di Sejumlah Daerah

Inflasi Jawa Tengah Masih Terjaga Usai Panen Raya di Sejumlah Daerah

Inflasi Jawa Tengah pada Juni 2025 tercatat 0,24% (mtm), lebih tinggi dari nasional. Kenaikan dipicu berakhirnya panen raya dan naiknya harga bahan pangan seperti beras dan cabai.

Panen Raya Padi Serentak di Desa Lenggerong, Senin (7/4/2025). (Foto : Dok Pemprov Jateng)

SEMARANG, Jatengnews.id – Provinsi Jawa Tengah mencatat inflasi sebesar 0,24% (mtm) pada Juni 2025, lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat 0,19% (mtm).

Kenaikan ini juga menunjukkan lonjakan dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi -0,49% (mtm), seiring dengan berakhirnya masa panen raya.

Baca juga : Kabupaten Rembang Catatkan Inflasi Tertinggi di Jawa Tengah

Plh. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Nita Rachmenia mengatakan bahwa secara tahunan, inflasi di Jawa Tengah mencapai 2,20% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional sebesar 1,87% (yoy).

Meski demikian, tingkat inflasi tahunan tersebut masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional tahun 2025 sebesar 2,5±1%.

“Dari sisi spasial, seluruh kota pemantauan inflasi di Provinsi Jawa Tengah mengalami inflasi pada periode laporan. Kota Cilacap mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 0,43% (mtm), menjadi kontributor utama kenaikan inflasi regional,” katanya dikutip Sabtu (05/07/2025).

Inflasi pada Juni 2025 didorong terutama oleh kenaikan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, dengan andil sebesar 0,23% (mtm). Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh telah berakhirnya panen raya, yang menyebabkan turunnya pasokan.

Beberapa komoditas utama penyumbang inflasi antara lain, Beras, akibat kenaikan harga gabah selama masa tanam. Cabai rawit dan bawang merah, yang kembali naik setelah sebelumnya mengalami penurunan harga pada April–Mei 2025. Daging ayam ras dan telur ayam ras, karena peningkatan permintaan pasar.

Kenaikan harga komoditas hortikultura juga terdampak oleh beberapa faktor, seperti cuaca kemarau basah, permintaan dari luar Pulau Jawa, dan kendala logistik terkait penerapan kebijakan pengurangan angkutan Over Dimension Over Loading (ODOL).

Tekanan inflasi dari kelompok makanan sedikit tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas, seperti:

Bawang putih, yang turun harga setelah sempat naik pada Januari–April 2025. Hal ini didukung oleh realisasi impor yang mulai masuk setelah sempat tertunda.

Cabai merah, yang mengalami deflasi berkat masih berlangsungnya panen di berbagai sentra produksi.

Selain kelompok makanan, Kelompok Transportasi juga menyumbang deflasi sebesar -0,03% (mtm). Faktor penyebabnya antara lain. Penurunan tarif kereta api, seiring program diskon tiket kelas ekonomi sebesar 30% yang berlangsung selama Juni–Juli 2025. Penurunan harga BBM non-subsidi oleh PT Pertamina (Persero) mulai 1 Juni 2025.

“Ke depan, Bank Indonesia bersama Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus memperkuat sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan daerah guna menjaga inflasi tetap terkendali,” ujarnya.

Program pengendalian inflasi difokuskan pada, menjaga kecukupan pasokan bahan pangan strategis, memastikan kelancaran distribusi barang dan eningkatkan efisiensi logistik dan transportasi.

Baca juga : Jelang Lebaran Inflasi Jawa Tengah Merangkak Naik

“Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan inflasi di Jawa Tengah tetap berada dalam sasaran inflasi nasional 2025 yaitu 2,5±1%,”  imbuhnya. (03)

Exit mobile version