PAGI itu Minggu (6/7/2025), embun masih menempel di daun-daun kopi dan tembakau di lereng Wonoboyo, Temanggung, Jawa Tengah.
Namun, suasana Dusun Joho terasa hangat, bukan karena sinar matahari yang mulai menyusup dari balik bukit, tapi karena ratusan anak-anak yatim hadir—menanti harapan, menyambut kasih sayang.
Mereka datang dari dua kabupaten, Temanggung dan Kendal. Wajah-wajah polos itu berkumpul dalam satu harapan: menerima santunan, tetapi lebih dari itu, mereka menanti semangat yang mungkin tak selalu mereka temukan di keseharian.
Baca juga: 329 Anak Hadiri Munajat Cinta Anak Yatim Bersama IZI Jateng
Sudah 21 tahun kegiatan ini berlangsung. Sebuah gerakan swadaya masyarakat yang konsisten, sederhana tapi berarti. Tahun ini, jumlah anak yatim yang disantuni mencapai 480 orang—angka yang bukan hanya statistik, tapi potret wajah masa depan.
Di antara para tamu undangan, hadir Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, yang dikenal akrab dengan sapaan Gus Yasin. Ia tidak datang sekadar memberi sambutan. Ia datang membawa semangat, membagikan kisah-kisah tokoh besar dunia yang juga tumbuh tanpa ayah: Imam Ghazali, Imam Syafii, hingga Nabi Muhammad SAW.
“Menjadi yatim bukan akhir, tapi bisa jadi awal dari kebesaran. Jangan minder. Nabi Muhammad SAW pun yatim, dan beliau membuktikan bahwa kasih Tuhan jauh lebih luas dari keadaan kita,” tutur Gus Yasin dengan suara lembut namun penuh penekanan.
Anak-anak menyimak. Sebagian mengangguk, sebagian lain menatap kosong, barangkali sedang membayangkan tokoh-tokoh besar yang disebutkan. Tapi yang pasti, kata-kata itu menanam harapan.
Tak Sekadar Santunan
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya acara bagi-bagi amplop. Tapi bagi anak-anak ini, ini adalah hari di mana mereka tidak merasa sendiri.
“Dua tahun lalu, saya kehilangan bapak,” bisik seorang anak perempuan berusia 12 tahun dari Kendal. “Tapi setiap datang ke acara ini, rasanya seperti punya keluarga besar lagi.”
Di sinilah makna kegiatan seperti ini bersemayam: bukan hanya pada materi yang dibagi, tetapi pada perasaan dihargai dan diperhatikan.
Rumah Singgah untuk Asa
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Temanggung, Agus Setyawan, juga hadir. Ia tak hanya memberi sambutan, tapi juga membawa kabar baik. Pemerintah Kabupaten Temanggung sedang membangun Rumah Singgah di dua kota besar: Semarang dan Yogyakarta.
“Rumah ini untuk masyarakat yang berobat ke rumah sakit di sana, atau sedang mencari sekolah dan pekerjaan. Kami ingin mereka tidak merasa sendirian di kota besar,” ujarnya.
Sebuah inisiatif yang memperpanjang jangkauan empati. Bahwa perhatian tak berhenti di Joho. Ia menjalar ke kota-kota lain, menjangkau warga yang sedang berjuang.
Tradisi yang Tak Boleh Mati
Apa yang dilakukan warga Dusun Joho selama lebih dari dua dekade ini adalah pengingat bahwa kekuatan bangsa terletak pada kepedulian akar rumputnya. Di tengah gempuran isu politik dan ekonomi, masih ada ruang di mana tangan-tangan tulus bekerja senyap, memberi makna bagi yang tak bersuara.
Dan Gus Yasin tahu benar itu. Ia menutup sambutannya dengan sebuah refleksi:
“Tanggung jawab sosial seperti ini bukan sekadar membantu anak yatim. Ini cara kita, bangsa ini, menunjukkan cinta.” (01).