Beranda Ekonomi Harga Beras Tembus Rp14.000, Warga Korbankan Sayur Demi Nasi

Harga Beras Tembus Rp14.000, Warga Korbankan Sayur Demi Nasi

Kenaikan ini membuat sebagian warga berpenghasilan rendah harus menyiasati pengeluaran harian

Pedagang beras ketika melayani pembeli di Pasar Karangayu Semarang.
Pedagang beras di Pasar Karangayu Semarang (Foto:kamal)

SEMARANG, Jatengnews.id — Harga beras di Kota Semarang kembali merangkak naik dalam sepekan terakhir. Di Pasar Karangayu, harga beras eceran jenis murah kini tembus Rp14.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp13.000.

Kenaikan ini membuat sebagian warga berpenghasilan rendah harus menyiasati pengeluaran harian, termasuk mengurangi konsumsi lauk dan sayuran.

Salah satunya adalah Nora (52), warga Semarang Utara. Ia mengaku kini hanya mampu membeli satu kilogram beras setiap kali belanja.

Baca juga: Harga Beras di Purbalingga Berangsur Turun

“Dulu masih Rp13.000 per kilo, sekarang Rp14.000. Jadi saya kurangi beli sayur. Yang penting beras, Mas. Sayur cukup nyambel tempe saja,” ujarnya kepada Jatengnews.id, Rabu (23/7/2025).

Nora menuturkan bahwa dengan penghasilan yang pas-pasan, ia memang terbiasa membeli kebutuhan pokok dalam jumlah kecil. Namun kenaikan harga beras belakangan ini semakin memberatkan.

“Saya memang enggak pernah beli banyak. Enggak mampu. Belinya sekilo-sekilo saja. Sekarang harganya naik, ya tambah susah,” katanya.

Padahal, pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium sebesar Rp12.500 per kilogram. Namun di lapangan, harga beras jenis lembakan yakni beras hasil panen langsung dari petani telah melampaui batas tersebut.

Junaidi (65), pedagang beras di Pasar Karangayu yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan, menyebut kenaikan hanya terjadi pada jenis beras murah.

“Kalau beras medium atau premium harganya stabil. Yang naik itu yang murah, dari petani langsung. Naiknya paling 400 sampai 500 perak,” jelasnya.

Menurutnya, pasokan berkurang karena bukan musim panen, yang menyebabkan harga beras jenis tertentu naik.

“Petani ngirimnya sedikit-sedikit. Kalau stoknya naik, harganya ikut naik. Tapi sekarang sudah mulai stabil,” tambah Junaidi.

Kenaikan harga ini kembali menekan daya beli masyarakat kecil, yang bergantung pada beras sebagai makanan pokok utama. Para pedagang dan warga berharap pemerintah bisa lebih aktif dalam menstabilkan harga.

Baca juga: Beras Oplosan Merebak, Pemkot Semarang Siap Bertindak

“Kalau tidak disubsidi pemerintah, pasti naik terus. Sekarang saja masih bisa ditekan karena ada distribusi dari Bulog,” terang Junaidi.

Sementara itu, warga seperti Nora berharap harga bisa kembali terjangkau agar tidak harus terus berhemat di sisi lain kebutuhan pangan.

“Saya cuma minta beras jangan mahal-mahal. Kalau beras mahal, yang dikorbankan ya lauk dan sayur. Yang penting bisa makan nasi,” pungkasnya.(02)

Exit mobile version