SEMARANG, Jatengnews.id – Keberhasilan program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes Merah Putih) dalam mengangkat potensi ekonomi lokal dinilai sangat bergantung pada sejumlah faktor penting, seperti tata kelola, kualitas sumber daya manusia (SDM), manajemen, dan visi kepemimpinan para pengurus koperasi.
Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk “Mampukah Koperasi Desa Merah Putih Mengangkat Potensi Ekonomi Lokal?” yang digelar Radio Idola Semarang, Rabu (23/7/2025), di Hotel Rooms Inc, Jalan Pemuda, Semarang.
Baca juga : Bank Jateng Dukung 54 Koperasi Merah Putih di Surakarta
Sejumlah narasumber hadir dalam diskusi tersebut, antara lain Kepala Balai Pelatihan Koperasi dan UKM (Balatkop UKM) Provinsi Jawa Tengah Dwi Silo Raharjo, pengamat ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES) Bayu Bagas Hapsoro SE, MM, Ketua Dekopinda Jawa Tengah Andang Wahyu Triyanto, dan Ketua Koperasi Desa Merah Putih Pakopen, Bandungan, Setio Budi. Acara dipandu oleh penyiar Radio Idola, Dony Asyhar.
Dwi Silo Raharjo menyebutkan, saat ini terdapat 8.523 Kopdes Merah Putih di Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 11 di antaranya telah resmi beroperasi sebagai proyek percontohan, dan baru-baru ini diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (21/7).
“Sebagian Kopdes sudah memiliki berbagai gerai pelayanan untuk kebutuhan masyarakat, seperti gerai pupuk dan sarana pertanian, kantor pos dan logistik, sembako, simpan pinjam, klinik desa, serta apotek,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran koperasi ini diharapkan mampu menjawab berbagai persoalan mendasar di tingkat desa, mulai dari rantai distribusi kebutuhan pokok yang terlalu panjang hingga keterbatasan modal usaha dan fluktuasi harga.
“Misalnya, untuk bibit, benih, hingga pupuk, distribusinya selama ini terlalu panjang. Ini yang coba dipotong melalui keberadaan Kopdes Merah Putih,” imbuhnya.
Dwi Silo juga menyatakan keyakinannya bahwa koperasi ini mampu menjadi penggerak ekonomi desa, apalagi program ini mendapat dukungan dari 14 kementerian.
Ketua Dekopinda Jateng, Andang Wahyu Triyanto menegaskan pentingnya pengelolaan Kopdes Merah Putih secara modern agar koperasi dapat berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masyarakat desa.
“Manajemen harus profesional, SDM-nya kapabel, dan harus ada regenerasi kepengurusan yang berkelanjutan,” kata Andang, yang juga anggota DPRD Jawa Tengah.
Ia menambahkan bahwa pengurus koperasi harus memiliki sense of business, kemauan belajar, serta kepekaan melihat potensi lokal.
“Kami di daerah akan bergerak sesuai peran masing-masing untuk menyukseskan program Presiden ini,” ujarnya.
Pengamat ekonomi UNNES, Bayu Bagas Hapsoro, menekankan pentingnya orientasi pasar dalam pengembangan koperasi. Menurutnya, selama ini sebagian besar koperasi terlalu fokus pada aspek produksi.
“Pertanyaannya bukan hanya ‘apa yang diproduksi’, tapi siapa yang membeli? Pengurus harus mulai berpikir strategis soal pasar,” katanya.
Ia menyarankan agar Kopdes Merah Putih berani menentukan posisi pasar yang jelas agar bisa bersaing.
“Kalau mau main murah, ya murah sekalian. Kalau mau main premium, ya harus benar-benar premium. Jangan tanggung-tanggung,” tegasnya.
Bayu juga mendorong koperasi untuk belajar dari praktik koperasi sukses di luar negeri yang berbasis pada riset, bukan sekadar keinginan pengurus.
“Di Spanyol misalnya, produk koperasi mereka diputuskan berdasarkan riset pasar. Inilah pentingnya data dan strategi,” ujarnya.
Menurutnya, sistem manajemen yang baik, meritokrasi, serta integritas dan kapabilitas pengurus menjadi kunci keberhasilan koperasi dalam jangka panjang.
“Jika koperasi dikelola secara profesional, kepercayaan publik akan terbentuk. Dari situ, potensi lokal bahkan global bisa diraih,” tandasnya.
Ketua Kopdes Merah Putih Desa Pakopen, Bandungan, Setio Budi, mengungkapkan bahwa koperasinya sudah aktif menjalankan usaha di sektor pertanian, khususnya sayur-mayur.
“Kami sedang mencari pasar yang lebih luas agar hasil pertanian punya nilai jual lebih tinggi,” ucapnya.
Setio juga menyampaikan harapannya agar ke depan koperasi dapat membimbing para petani dalam merancang pola tanam yang stabil sepanjang tahun.
Baca juga : 27 Koperasi Merah Putih Siap Beroperasi di Kota Tegal
“Dengan pola tanam yang terencana, pasokan sayuran bisa lebih terjaga dan harga jadi lebih stabil,” katanya. (03)