Beranda Daerah Fokus Tekan Angka Stunting Bersama KKN UIN Walisongo, Desa Wonoyoso Gelar Rembug...

Fokus Tekan Angka Stunting Bersama KKN UIN Walisongo, Desa Wonoyoso Gelar Rembug Stunting 2025

Edukasi kepada remaja dan calon pengantin juga menjadi prioritas dalam mencegah stunting sejak dini.

Foto kegiatan rembug stunting Pemerintah Desa Wonoyoso bersama mahasiswa KKN UIN Walisongo pada Senin (21/07/2025) (foto: Dok KKN).

Semarang, JatengNews.id— Pemerintah Desa Wonoyoso, Kecamatan Pringapus, bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo menggelar Rembug Stunting 2025 di Balai Desa Wonoyoso pada Senin (21/07/2025).

Kegiatan yang diikuti KKN UIN Walisongo ini menjadi bagian dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) Tahun 2026 sekaligus upaya percepatan penurunan angka stunting di wilayah desa.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, antara lain Kepala Desa dan Perangkat Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Tim Penyusun RKPDes, perwakilan masyarakat, serta unsur lintas sektor lainnya.

Dalam sambutannya, Sekretaris Desa Wonoyoso, Siti Hardiyanti Rukmana, menegaskan bahwa stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ikut Lestarikan Tradisi Merti Dusun di Galeh

“Stunting adalah kekerdilan akibat kurang gizi dan infeksi berulang. Ini terjadi pada anak di bawah usia lima tahun, terutama di masa 1.000 HPK,” jelasnya.

Siti juga mengungkapkan beberapa kendala di lapangan, termasuk adanya penolakan dan pembuangan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) oleh sebagian warga.

Perwakilan dari Kecamatan Pringapus menambahkan bahwa penyebab stunting tidak hanya soal makanan, tetapi juga melibatkan faktor pola asuh, keturunan, dan perhatian sejak masa kehamilan.

“Stunting bukan semata karena makanan, tapi juga dipengaruhi pola asuh, kondisi ibu hamil, bahkan faktor keturunan,” tegasnya.

Nendya, perwakilan dari Puskesmas Pringapus, menyampaikan bahwa hingga 2025 terdapat 13 anak stunting di Desa Wonoyoso—mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 8 anak.

Dari jumlah tersebut, 7 anak mendapat PMT dari Puskesmas, 3 dari desa, dan 3 lainnya menolak intervensi. Selain itu, terdapat 5 ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang juga menerima PMT.

Nendya menekankan pentingnya perhatian pada higiene, sanitasi, dan asupan protein untuk mencegah diare dan mendukung tumbuh kembang anak.

Bize Aloka Febrianti dari BKKBN DP3AKB Kabupaten Semarang menyampaikan bahwa stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi menyangkut masa depan generasi bangsa.

“Angka stunting memang menurun tiap tahun, namun target nasional 14% belum tercapai. Maka perlu pendekatan lebih dalam hingga ke tingkat desa,” tegasnya.

Bize juga mengenalkan program “Genting” (Gerakan Orang Tua Asuh Anak Stunting), yang mendorong setiap desa memiliki anak asuh stunting. Program ini dibiayai di luar APBDes dan memungkinkan pemberian bantuan berupa:

  • Rp100.000 per bulan + 2 telur/hari selama 6 bulan, atau
  • Rp450.000 per bulan untuk asupan makanan berat selama 3–6 bulan (tergantung tingkat risiko).

Edukasi kepada remaja dan calon pengantin juga menjadi prioritas dalam mencegah stunting sejak dini.

Kegiatan Rembug Stunting ini diawali dengan registrasi peserta, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan sambutan dari Sekretaris Desa Wonoyoso dan perwakilan Kecamatan Pringapus.

Selanjutnya, penyampaian materi oleh Puskesmas dan PLKB, serta ditutup dengan diskusi terbuka yang dipandu oleh Pendamping Desa.

Baca juga: Kolaborasi KKN UIN Walisongo dan UIN Salatiga Tutup MPLS SDN Kemawi dengan Outbound Edukatif

Melalui Rembug Stunting Desa Wonoyoso 2025, diharapkan sinergi antara pemerintah desa, tenaga kesehatan, dan masyarakat semakin kuat untuk menurunkan angka stunting secara berkelanjutan dan menyusun program prioritas dalam RKPDes 2026.

Exit mobile version