28.6 C
Semarang
, 27 Juli 2025
spot_img

KKN UIN Walisongo Angkat Kopi Tegaron sebagai Komoditas Unggulan UMKM Desa di Kabupaten Semarang

Kondisi iklim dataran tinggi yang sejuk serta pemanfaatan lahan pekarangan menjadi faktor pendukung dalam pengembangan kopi secara mandiri oleh warga.

Semarang, JatengNews.id– Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang di Desa Tegaron, Kecamatan Banyu Biru, Kabupaten Semarang, menggali dan mempromosikan potensi lokal desa melalui komoditas unggulan kopi pada Senin (21/7/2025).

Sejak diterima secara resmi, mahasiswa KKN UIN Walisongo langsung menjalin komunikasi intensif dengan pelaku UMKM desa sebagai bagian dari program pengabdian kepada masyarakat.

Desa Tegaron dikenal dengan kekayaan potensi lokal berbasis kearifan masyarakat dan alam sekitarnya.

Selain usaha tradisional seperti anyaman bambu dan produksi gula aren, kopi Tegaron kini mencuat sebagai komoditas unggulan yang menarik perhatian, khususnya dari kalangan muda.

Baca juga: KKN UIN Walisongo Dukung Pelestarian Budaya Reog di Dusun Logung Sumowono

Kondisi iklim dataran tinggi yang sejuk serta pemanfaatan lahan pekarangan menjadi faktor pendukung dalam pengembangan kopi secara mandiri oleh warga.

Salah satu pelaku UMKM kopi yang menonjol adalah Bapak Sarwadi, yang telah lima tahun mengembangkan budidaya kopi.

Ia melakukan seluruh proses, mulai dari penanaman hingga pengolahan kopi menjadi biji kering siap jual. Menurutnya, kopi memiliki potensi besar karena tren konsumsi yang terus meningkat, terutama di kalangan anak muda.

“Kopi sekarang bukan cuma minuman, tapi juga bagian dari gaya hidup. Ini peluang besar bagi petani lokal,” ungkapnya.

Mahasiswa KKN Posko 43 UIN Walisongo turut terlibat dalam proses panen dan pascapanen kopi di kebun milik Bapak Sarwadi.

Mereka membantu menjemur biji kopi selama tujuh hari serta ikut mengoperasikan mesin pulper untuk memisahkan biji dari kulit buahnya. Aktivitas ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat dalam pemberdayaan UMKM desa.

Hasilnya, biji kopi kering produksi Sarwadi memiliki nilai jual tinggi. Dalam kondisi kering, kopi dijual seharga Rp 55.000 per kilogram. Saat panen berkualitas tinggi atau terjadi lonjakan permintaan, harga bisa menembus Rp 80.000 per kilogram.

Angka ini membuktikan bahwa kualitas kopi Tegaron bersaing dan memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan.

Potensi usaha kopi tidak berhenti di produksi. Proses seperti sangrai, pengemasan, hingga penyajian di kedai juga membuka peluang usaha baru dengan nilai tambah tinggi.

Dengan tren konsumsi kopi yang meningkat serta minat pasar terhadap produk lokal dan organik, kopi dari Desa Tegaron diproyeksikan mampu menembus pasar yang lebih luas, bahkan di luar wilayah Kabupaten Semarang.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ikut Lestarikan Tradisi Merti Dusun di Galeh

Melalui program KKN ini, mahasiswa UIN Walisongo berkomitmen untuk terus mendampingi dan mempromosikan UMKM lokal agar mampu berdaya saing dan menjadi motor penggerak ekonomi desa secara berkelanjutan.

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN