28.5 C
Semarang
, 5 Agustus 2025
spot_img

Banyak Polusi dan Jalan Rusak, Warga Sayung Tuntut Pengelola Proyek Tol Lebih Peduli

Korlap warga, Munir, menegaskan bahwa aksi pemasangan spanduk pada 31 Juli lalu adalah bentuk protes terhadap dampak lingkungan akibat aktivitas proyek jalan tol.

DEMAK, Jatengnews.id – Aksi protes warga Desa Purwosari, Kecamatan Sayung, terhadap dampak pembangunan Tol Semarang–Demak akhirnya mendapat respons dari pemerintah.

Sebagai bentuk keluhan terhadap polusi dan lalu lintas kendaraan terhadap proyek tersebut. Warga bersama pihak proyek, dan unsur pemerintahan terkait, menggelar rapat koordinasi menyikapi aksi pemasangan spanduk dan MMT yang dilakukan warga RW III dan RW V bertempat di Aula Kecamatan Sayung, Selasa (5/8/2025).

Baca juga : Pembangunan Tol Laut Semarang-Demak Ditargetkan Rampung 2027

Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Camat Sayung, Sukarman, dan dihadiri berbagai pihak, termasuk Kasatker PJT Semarang-Demak Lindung Simbolon, PPK Proyek Ardita Eliyas, Kapolsek Sayung AKP Soeprapto, Danramil Sayung Kapten Inf Etok Sulistiyono, perwakilan kontraktor dari PT CRBC dan PT Sinohydro, serta Korlap Warga Desa Purwosari, Munir.

Dalam penyampaiannya, Korlap warga, Munir, menegaskan bahwa aksi pemasangan spanduk pada 31 Juli lalu adalah bentuk protes terhadap dampak lingkungan akibat aktivitas proyek jalan tol. Warga mengeluhkan laju truk yang terlalu cepat, polusi debu yang menggangu kesehatan dan kenyamanan, serta pecahnya pipa air akibat beban kendaraan berat.

“Warga kami tidak menolak pembangunan jalan tol. Tapi tolong akses keluar-masuk truk material itu diperhatikan. Debunya luar biasa, jalanan rusak, pipa air pecah, dan truk melaju kencang tanpa kontrol,” ujar Munir.

Ia juga menyebutkan bahwa janji kompensasi dari pihak proyek pada 2024 lalu belum sepenuhnya ditepati.

Camat Sayung, Sukarman, menyampaikan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi langsung dengan Bupati Demak.

“Kami berharap hari ini ada titik temu agar tidak terjadi aksi lanjutan. Saya sudah sampaikan kepada ibu Bupati dan beliau memerintahkan agar permasalahan ini cepat ditangani,” katanya.

Senada dengan itu, Kapolsek Sayung AKP Soeprapto berharap tidak ada lagi aksi unjuk rasa susulan.

“Rapat ini penting sebagai wadah penyelesaian. Kita ingin pembangunan berjalan sesuai target, tapi tidak mengabaikan aspirasi warga,” ujarnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Ardita Eliyas dari pihak proyek menegaskan komitmen mereka untuk memperbaiki dampak negatif di lapangan. Ia menyebut sejumlah langkah sudah dilakukan, antara lain: Penyiraman jalan secara rutin; Penambahan unit water tank; Teguran bagi truk tanpa terpal dan sopir ugal-ugalan; Perbaikan jalan dan penyaringan truk; Penempatan flagman di titik rawan; Pemasangan rambu peringatan setiap 100 meter dan Relokasi posisi load scanner ke dalam proyek.

“Kami tidak menutup mata. Kami akan evaluasi dan perketat lagi pengawasan agar warga tidak dirugikan,” tegas Ardita.

Perwakilan dari perangkat Desa Purwosari juga menyampaikan keluhan lain, seperti pembatasan jam operasional truk dan seringnya pipa air warga pecah.

“Kami minta agar pihak proyek juga bersedia mengganti pipa air warga yang rusak karena dilewati truk berat, dan mohon jam operasional dibatasi,” katanya.

Danramil Sayung Kapten Inf Etok Sulistiyono mengingatkan agar masalah ini tidak berkembang menjadi isu nasional.

“Jangan sampai konflik lokal ini menghambat proyek strategis nasional. Harus segera dicari solusi,” pungkasnya.

Baca juga : Pemerintah Kebut Pembangunan Jalan Tol Semarang – Demak

Rapat koordinasi ditutup dengan komitmen bersama untuk meningkatkan komunikasi, mempercepat penanganan dampak proyek, serta menghindari gesekan lebih lanjut antara warga dan pihak proyek. Pihak warga sendiri menyatakan siap mendukung pembangunan tol asalkan aspirasi mereka benar-benar direspons. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN