
DEMAK, Jatengnews.id – Di tengah hangatnya matahari pagi di Kecamatan Karangtengah, suara doa dan tabur benih padi mengiringi dimulainya kembali musim tanam.
Tradisi “Wiwitan Tandur Pari” kali ini terasa lebih istimewa. Bukan sekadar prosesi adat, tetapi juga menjadi penanda lahirnya harapan baru bagi petani Demak setelah berbulan-bulan lahan sawah mereka terendam banjir.
Acara yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Pemkab Demak, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jateng & DIY, serta lintas instansi ini bukan hanya tentang menanam padi, melainkan tentang menanam optimisme. Lahan yang sempat lumpuh kini kembali bergeliat, memberi tanda bahwa kerja sama berbagai pihak mampu membalikkan keadaan.
Baca juga : Pimpin Panen Serentak di 14 Provinsi, Prabowo: Petani Adalah Pahlawan Bangsa
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menegaskan bahwa Demak memiliki peran vital dalam ketahanan pangan. Tahun 2024, kabupaten ini menyumbang 6,70% dari produksi padi Jawa Tengah. Angka itu bahkan melonjak menjadi 8,89% pada Januari–Juli 2025, setara 1,41% dari produksi nasional.
“Kontribusi Demak ini penting. Karena itu, pemulihan lahan terdampak banjir seluas 512 hektare harus terus dipercepat dengan dukungan semua pihak,” ujarnya.
Bagi Bank Indonesia Jawa Tengah, pemulihan lahan pertanian Demak juga menjadi strategi penting dalam mengendalikan inflasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng, Rahmat Dwisaputra, mengungkapkan bahwa beras masih masuk dalam lima besar penyumbang inflasi daerah.
“Banjir sempat menekan pasokan gabah dan beras, sehingga harga merangkak naik. Tapi setelah saluran irigasi di Karangtengah dinormalisasi, petani kembali bisa menanam. Ini adalah bukti nyata sinergi kita,” jelasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Jawa Tengah Juli 2025 sebesar 2,52% (yoy), lebih tinggi dibanding nasional yang sebesar 2,37% (yoy). Karena itu, memastikan lahan kembali produktif bukan hanya soal pangan, melainkan juga soal stabilitas ekonomi masyarakat.
Pemulihan sawah Demak adalah wujud kerja kolektif. Bank Indonesia menyalurkan bantuan sarana pertanian dan biaya operasional alat berat. Dinas Pertanian Jateng menggerakkan tenaga swadaya dan brigade pompa. BBWS Pemali–Juana bersama Dinas PUBMCK Jateng menyediakan excavator dan dump truck. PT Pertamina Patra Niaga memastikan distribusi BBM lancar.
Tak kalah penting, Damkar Kabupaten Demak serta Pemerintah Desa Dukun membersihkan gorong-gorong yang tak terjangkau alat berat. Pelaku usaha pun turun tangan: PT Corin Mulia Gemilang dan PT NBI membantu pengerukan, sementara PT Djarum melakukan revitalisasi pohon terdampak.
Kolaborasi ini bahkan melahirkan program padat karya yang memberi tambahan penghasilan bagi warga setempat.
Hasil dari kerja bersama ini mulai terlihat. Lahan seluas 231,90 hektare sudah kembali ditanami padi, sementara persemaian sedang berlangsung untuk 223,11 hektare lainnya. Seiring surutnya genangan, areal tanam akan terus bertambah.
“Setiap rumpun padi yang ditanam hari ini bukan sekadar tanaman, melainkan tanda bahwa kehidupan dan harapan kembali tumbuh,” ungkap salah satu petani Karangtengah dengan senyum lega.
Banjir di Demak adalah peringatan bahwa perubahan iklim nyata dampaknya terhadap pangan. Namun, Wiwitan Tandur Pari tahun ini menunjukkan bahwa dengan gotong royong, ketahanan pangan bisa tetap dijaga.
Baca juga : Demak Mantapkan Diri Sebagai Lumbung Padi Jawa Tengah
Lebih dari sekadar seremoni, tradisi ini kini menjelma simbol optimisme: bahwa Demak, Jawa Tengah, dan Indonesia mampu menghadapi tantangan alam sekaligus menjaga perut bangsa tetap kenyang. (03)