SEMARANG, Jatengnews.id – Dugaan kekerasan yang dialami seorang dokter di Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang mendapat perhatian serius dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Semarang.
Organisasi profesi dokter ini memastikan siap memberikan pendampingan hukum jika korban menempuh jalur resmi.
Ketua IDI Kota Semarang, Sigid Kirana Lintang, mengatakan pihaknya sudah membentuk tim khusus untuk mendampingi korban. Namun, hingga kini IDI belum mendapat konfirmasi langsung dari dokter yang bersangkutan.
Baca juga: Viral Dokter RSI Sultan Agung Semarang, Diduga Menjadi Korban Kekerasan
“Selama ini kami hanya mengetahui kasus ini dari media sosial. Jadi, kebenarannya seperti apa dan bentuk penganiayaannya seperti apa, terus terang dari IDI juga belum tahu,” ujarnya kepada wartawan.
Meski begitu, IDI menegaskan bahwa dugaan kekerasan terhadap tenaga medis tidak bisa dianggap sepele.
“Sebagai organisasi profesi, kami juga punya kewajiban untuk memberikan pendampingan kepada dokter yang menjadi korban,” lanjutnya.
Perlindungan Hukum untuk Tenaga Medis
Sigid menegaskan bahwa rumah sakit sebagai fasilitas layanan kesehatan memiliki kewajiban hukum melindungi tenaga medis.
“Jangan sampai kasus seperti ini terulang. Masa seperti kaset, sudah minta maaf, lalu terjadi lagi. Kami berharap tidak ada pengulangan di masa depan,” tegasnya.
Ia menambahkan, IDI akan terus berkoordinasi untuk menentukan langkah terbaik, baik melalui jalur litigasi maupun nonlitigasi.
Menurutnya, penyelesaian kasus tidak boleh berhenti hanya pada permintaan maaf atau ditangani internal. Jika tidak ditindaklanjuti, hal itu bisa menjadi preseden buruk bagi profesi dokter.
“Yang paling penting bagi kami adalah keamanan dan kenyamanan dokter ketika memberikan pelayanan kepada pasien. Kalau dokter merasa takut, tentu dia tidak bisa maksimal dalam melakukan pengobatan,” tandasnya.
Ketua IDI Jawa Tengah, Telogo Wismo, juga mengecam tindakan persekusi terhadap dokter yang sedang bertugas.
“Saya sangat prihatin kasus seperti ini terjadi di Semarang. Dokter itu kan sedang bertugas menolong pasien, tetapi justru mendapat perlakuan yang tidak pantas,” ujarnya.
Kasus ini mencuat setelah video amukan seorang pria di RSI Sultan Agung viral di media sosial. Pria tersebut diduga seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).
Dalam rekaman, terdengar teriakan histeris, umpatan kasar, hingga ancaman akan membakar rumah sakit.
Wakil Rektor II Unissula, Dedi Rusdi, menyebut persoalan sudah diselesaikan secara kekeluargaan setelah rumah sakit mempertemukan para pihak.
Baca juga: Kasus Kekerasan Taruna PIP Semarang Mulai Disidangkan di PN Semarang
“Semua persoalan pada Jumat, 5 September 2025 siang sudah diselesaikan. Mereka sudah saling memaafkan antara Saudara Dias dengan dokter Astra dan bidan yang bertugas. Pada prinsipnya semua persoalan sudah kami selesaikan dengan baik antar para pihak,” jelasnya.
Sementara pihak RSI Sultan Agung menegaskan bahwa kasus ini masih ditangani langsung oleh manajemen rumah sakit. (01).