26.2 C
Semarang
, 23 September 2025
spot_img

Kisah Perjalanan Kang Polo: Dari Pemburu Hewan Menjadi Pemburu Foto

“Kisah inspiratif Kang Polo, mantan pemburu asal Kendal yang bertransformasi menjadi fotografer satwa dan pegiat konservasi bersama Desa Wisata Curug Lawe Secepit.”

Kendal, Jatengnews.id – Tak banyak orang yang mampu berbalik arah dari kebiasaan lamanya. Namun Kang Polo, warga Desa Ngresepbalong, Kendal, berhasil melakukannya. Dari hobi berburu hewan sejak kecil, ia kini memilih berburu momen satwa dengan kamera, sekaligus mengajak orang lain menjaga kelestarian hutan.

Supolo, atau akrab disapa Kang Polo, tinggal di Dusun Gunungsari RT 4, Desa Ngresepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Saat ini ia menjadi salah satu pengelola Desa Wisata Curug Lawe Secepit.

Menariknya, sebelum dikenal sebagai fotografer satwa, Kang Polo justru lebih dulu dikenal sebagai pemburu hewan. Perubahan besar ini terjadi berkat dukungan Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.

Baca juga: PLN IP UBP Semarang Gandeng Media Wujudkan Ekowisata Energi Hijau di Desa Ngesrepbalong

Sejak kecil, Kang Polo sudah akrab dengan aktivitas berburu. Setiap liburan sekolah, ia bersama teman-temannya kerap masuk hutan untuk berburu burung atau satwa lain, menggunakan ketapel hingga senapan. Hidup mandiri sejak ditinggal orang tua membuatnya terbiasa keras dan berani.

Namun, pada tahun 2019, sebuah momen mengubah jalan hidupnya. Suatu pagi, ia tersadar bahwa kicau burung di hutan tak lagi terdengar. “Saya berpikir, kalau hewan-hewan itu terus ditembak, apalagi induknya, kasihan anak-anaknya. Sama seperti manusia yang ditinggal orang tua. Dari situ hati saya mulai terbuka, mungkin ini hidayah,” kenang Kang Polo saat ditemui Jatengnews.id disela Media Gathering bersama PLN Indonesia Power Semarang, Rabu (17/9/2025).

Kesadaran itu menumbuhkan tekad untuk berhenti berburu. Meski awalnya sulit, ia perlahan mengalihkan kebiasaan berburu dengan kamera. Kini, melalui lensa, ia bisa mengabadikan kehidupan satwa liar di hutan. Hasil jepretannya bukan hanya dokumentasi pribadi, tetapi juga sarana edukasi bagi masyarakat agar lebih peduli pada kelestarian alam.

“Kalau dulu memburu hewan, sekarang memburu momen. Dengan kamera, kita bisa menyimpan cerita hewan-hewan di hutan untuk bahan pembelajaran,” ujarnya.

Kang Polo saat melakukan pengamatan satwa
Kang Polo saat melakukan pengamatan satwa menggunakan kamera di Curug Lawe Secepit Kendal. (Foto: dok/Kang Polo)

Awalnya, aktivitas ini tidak mendatangkan penghasilan. Namun karena dijalani dengan hati, Kang Polo yakin selalu ada jalan. Sambil memotret satwa, ia tetap bertani untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ia juga mengajak teman-teman lamanya ikut berhenti berburu dan mencoba fotografi atau pengamatan satwa. “Kalau dulu saat liburan sekolah ramai-ramai berburu, sekarang seminggu sekali kami ajak memotret bareng atau sekadar mengamati satwa,” jelasnya.

Perubahan ini mulai membuahkan hasil. Populasi satwa di kawasan Curug Lawe Secepit, Lereng Gunung Ungaran, perlahan membaik. Burung Julang Emas misalnya, yang dulu hanya tersisa tiga ekor, kini sudah bertambah menjadi sepuluh. Satwa lain seperti trenggiling dan landak pun mulai kembali terlihat.

Transformasi ini mendapat dukungan penuh dari PLN Indonesia Power, mulai dari penyediaan kamera, pembangunan aula, hingga program penghijauan. Dukungan tersebut memperkuat semangat konservasi di kawasan wisata ini.

“Awal beralih dari berburu ke fotografi memang berat, bahkan harus memaksa diri. Tapi semakin ke sini, semakin banyak yang ikut peduli. Harapan saya, konservasi ini terus berjalan. Hutan tetap lestari, resapan air terjaga, sehingga bermanfaat untuk kehidupan masyarakat di bawahnya,” tutur Kang Polo.

Setiap kali masuk hutan, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam, dari pagi hingga sore, demi menanti momen terbaik. Baginya, perjalanan dari seorang pemburu menjadi pemburu foto adalah bukti bahwa perubahan selalu mungkin terjadi, asal ada niat dan kesadaran menjaga bumi bersama.

Paket Wisata Alam dan Edukasi

Kini, hobi dan kesadaran konservasi itu berkembang menjadi paket wisata yang ditawarkan bersama Pokdarwis Gunungsari Curug Lawe Secepit. Salah satunya adalah paket Bird Watching, dengan beberapa pilihan:

  • Paket Full Day: durasi 7 jam, Rp500 ribu untuk 4 orang. Fasilitas: guide, welcome drink, jas hujan, dan hiding spot.
  • Paket Extended: durasi 7 jam plus malam, Rp700 ribu untuk 4 orang. Fasilitas sama seperti paket Full Day.
  • Paket Julang Emas (Pre-Order): Rp350 ribu untuk 2 orang. Fasilitas: guide, welcome drink, jas hujan, dan hiding spot.

Baca juga: PLN UP2D Jateng dan DIY Resmikan Program TJSL di Desa Getas Kendal

Selain itu, tersedia juga Paket Edukopi seharga Rp600 ribu untuk 30 orang. Paket ini menawarkan edukasi budidaya kopi, mulai dari menanam bibit, mengenal kopi Robusta dan Arabika, pascapanen, hingga penyajian.

Senior Manager PLN IP UBP Semarang, F. Erwin Putranto, menegaskan pihaknya mendukung pengembangan ekowisata Curug Lawe Secepit dengan melibatkan tokoh lokal seperti Kang Polo. “Hasilnya nyata, populasi burung Julang Emas yang dulu hanya tiga ekor kini berkembang menjadi sepuluh pasang,” ungkapnya.

Julang Emas hasil jepretan kamera Kang Polo
Julang Emas hasil jepretan kamera Kang Polo di Curug Lawe Secepit Kendal. (Foto: dok/Kang Polo)

Melalui program Julang Emas, PLN Indonesia Power juga mengembangkan pembibitan kopi, penyediaan power drying dome, hingga penanaman kembali pohon-pohon di kawasan wisata. Harapannya, kawasan ini berkembang menjadi ekowisata sekaligus edu-wisata yang memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar.

“Kami ingin Curug Lawe Secepit bukan hanya indah dipandang, tetapi juga menjadi pusat energi terbarukan dan kopi endemik yang membawa kesejahteraan masyarakat,” pungkas Erwin. (Shodiqin)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN