Beranda Daerah Krisis Regenerasi Petani, Anak Muda Jateng Enggan Terjun ke Pertanian

Krisis Regenerasi Petani, Anak Muda Jateng Enggan Terjun ke Pertanian

Generasi muda Jateng enggan bertani akibat kurangnya fasilitas. Ketahui lebih lanjut tentang krisis regenerasi petani.

Kader PKS Tugiman B Semita. (Foto:Kamal)
Ketua Bidang Pertanian, Peternakan, dan Nelayan DPW PKS Jateng, Tugiman B Semita. (Foto:Kamal)

SEMARANG, Jatengnews.id – Peringatan Hari Tani Nasional 2025 memunculkan kekhawatiran akan berkurangnya minat generasi muda untuk menekuni sektor pertanian di Jawa Tengah.

Minimnya dukungan fasilitas dan teknologi dinilai menjadi penghambat utama lahirnya petani baru.

Ketua Bidang Pertanian, Peternakan, dan Nelayan DPW PKS Jateng, Tugiman B Semita, mengaku merasakan kecemasan generasi petani di masa mendatang.

Baca juga : Dampak Krisis Iklim Jateng, Pemprov Komitmen Selesaikan Secara Inovatif

“Generasi muda tani harus diberikan teknologi, fasilitas, dan perlengkapan memadai agar mereka tertarik menekuni sektor pertanian,” jelas Tugiman yang juga Anggota Komisi A DPRD Jateng, Jumat (26/9/2025)

Ia menilai, persoalan regenerasi petani harus segera diantisipasi agar tidak terjadi kekosongan di sektor pangan.

“Investasi di pertanian sejatinya sangat membantu pembangunan bangsa,” tegasnya.

Hal senada disampaikan Koordinator Wilayah Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Jateng, Purwanto. Menurutnya, kondisi pertanian yang belum tertata membuat anak muda semakin enggan turun ke sawah.

“Ya mau jadi petani gimana? Orang kita melihat kondisi pertanian kita dulu loh. Teknologi enggak dibikin, mekanisme pertanian enggak dibikin, pasca panennya juga enggak ada fasilitas ke sana,” ujarnya.

Purwanto menambahkan, regenerasi petani tidak bisa hanya dibebankan kepada kelompok petani senior. Diperlukan ruang dan media bagi generasi muda untuk berkreasi dengan teknologi pertanian modern.

Lebih jauh, ia menegaskan industrialisasi pertanian harus berpijak pada reforma agraria. “Kalau tanah ini sudah diselesaikan, kemudian industrialisasi itu adalah bagaimana produksi pertanian bisa dikemas dengan memanfaatkan sumber daya agraria,” jelasnya.

Baca juga : Krisis Iklim Komnas Perempuan Advokasi Warga Timbulsloko

Kedua tokoh ini menilai, tanpa kebijakan yang berpihak pada petani, masyarakat desa terancam meninggalkan pertanian dan beralih ke sektor informal atau menjadi buruh migran. (03)

Exit mobile version