Beranda Daerah Dari Gadai di Rumah hingga Agen Beromzet Miliaran: Kisah Sopiyana Meng-EMAS-kan Hidup...

Dari Gadai di Rumah hingga Agen Beromzet Miliaran: Kisah Sopiyana Meng-EMAS-kan Hidup dan Lingkungannya

Rumah Ian yang dibranding Agen Pegadaian di Dusun Bleder RT02 RW06 Desa getas Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. (Foto: Shodiqin)

Berawal dari usaha gadai kecil-kecilan di rumah, kini Sopiyana menjelma menjadi agen Pegadaian sukses dengan omzet miliaran rupiah setiap bulan. Di balik keberhasilan itu, tersimpan kisah tentang kerja keras, kejujuran, dan kepercayaan nasabah yang tumbuh bersama waktu.

SORE  itu, di Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, lampu-lampu mulai menyala. Dari balik kaca ruko berukuran tiga kali enam meter di tepi jalan, terlihat seorang pria berkaus hijau dengan senyum hangat. Tangannya lincah menghitung uang dan menulis kuitansi. Suaranya ramah menyapa setiap nasabah yang datang.

Dialah Sopiyana, atau akrab disapa Ian, sosok yang kini dikenal sebagai Agen Pegadaian Boja Wijayanti Store. Sejak pagi hingga malam, pintu tokonya jarang tertutup. Orang datang silih berganti menggadaikan perhiasan, menabung emas, membeli logam mulia, hingga mendaftar haji. Bagi warga sekitar, tempat itu bukan sekadar outlet keuangan. Itu adalah tempat harapan.

“Justru malam hari makin ramai, Mas. Banyak yang baru pulang kerja, kantor Pegadaian sudah tutup, jadi mereka ke sini,” ujar Ian sambil tersenyum kepada Jatengnews.id, Selasa (14/10/2025).

Ian Pegadaian
Ian saat melayani warga di outlite agen Pegadaian di Jalan Raya Badakan, Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. (Foto: Shodiqin)

Baca juga: Yuk Mudik Gratis Bareng Pegadaian Semarang, Cek Syarat-syaratnya!

Di ruko sederhana itu, konsep besar Pegadaian mengEMASkan Indonesia menemukan wujudnya: pemberdayaan ekonomi rakyat dari tangan masyarakat sendiri.

Dari Nasabah ke Penggerak Ekonomi

Perjalanan Ian tak selalu mulus. Selepas lulus SMA pada 2010, ia merantau ke Korea Selatan sebagai TKI. Lima tahun bekerja di pabrik membuatnya mengerti arti jerih payah dan nilai uang. Pulang ke kampung halaman, ia membuka usaha air minum isi ulang. Namun usaha kecil itu sempat terseok karena keterbatasan modal.

Ia mengenal Pegadaian pertama kali bukan sebagai agen, tapi sebagai nasabah. “Saya sering gadai perhiasan buat tambah modal,” kenangnya. “Dari situ saya belajar, sistem Pegadaian itu aman, jelas, dan tidak ribet.”

Saat usahanya mulai berjalan, banyak tetangga datang meminjam uang dengan jaminan barang. Ian tergerak membantu, namun banyak yang tidak menebus barangnya. Dari situ, ia belajar satu hal: niat baik tanpa sistem bisa berujung rugi. Maka, ia berhenti menjadi “Pegadaian pribadi”.

“Saya bertekad, kalau mau bantu orang, ya lewat sistem resmi. Pegadaian itu aman buat dua-duanya,” katanya.

Ian saat melayani nasabah di outlitenya Jalan Raya Badakan, Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. (Foto: Shodiqin)

Awal Mula Agen dan Tantangan

Tahun 2018 menjadi titik balik hidupnya. Kantor Pegadaian UPC Boja membuka program kemitraan. Ian mendaftar sebagai agen pembayaran. Awalnya sepi, orang belum paham fungsi agen. Tapi dengan promosi dari mulut ke mulut dan media sosial, satu per satu nasabah datang.

Kerja kerasnya berbuah. Pada 2020, Pegadaian mempercayainya menjadi Agen Gadai Resmi. Ironisnya, justru saat pandemi melanda, omzet Ian melonjak. Banyak warga membutuhkan dana cepat, dan outlet-nya menjadi solusi.

Baca juga: Pegadaian Kanwil XI Semarang Gelar Konsolidasi Bank Sampah Binaan Pegadaian

Kini, setiap bulan ia mencatat transaksi Rp1–2 miliar. Laba bersihnya stabil di kisaran Rp25–30 juta per bulan, dengan total omzet tahunannya menembus Rp10 miliar. Ia bahkan pernah menerima penghargaan langsung dari Kantor Pusat Pegadaian di Jakarta.

“Saya dulu nasabah, sekarang dipercaya Pegadaian untuk bantu ribuan nasabah lain. Rasanya luar biasa,” ujar Ian bangga.

Meng-EMAS-kan Sekitar

Kesuksesan Ian tidak hanya berhenti di angka. Ia kini membuka lapangan kerja bagi tiga orang karyawan dan membantu banyak warga mengelola keuangan secara bijak.

Salah satunya, Sriyati (35), buruh pabrik yang kerap datang malam hari untuk menebus perhiasan. “Di sini enak, Mas. Bisa gadai, bisa nabung emas juga. Nggak perlu ke kota,” katanya.

Sri Wahyuningsih (40), ibu rumah tangga, menambahkan, “Dulu kalau butuh uang dadakan bingung. Sekarang tinggal ke sini, bawa emas, langsung cair. Aman dan cepat.”

Pegadaian tidak hanya menjadi lembaga gadai, tapi jembatan kesejahteraan. Melalui agen seperti Ian, layanan keuangan menjadi lebih dekat, terutama bagi masyarakat di pedesaan yang jauh dari kantor cabang.

“Saya tidak mau orang kampung merasa susah kalau butuh uang. Sekarang mereka bisa transaksi kapan saja, bahkan malam,” ujar Ian.

Dididik dan Disertifikasi Pegadaian

Kesuksesan Ian lahir dari sistem yang solid. PT Pegadaian rutin memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada agen. Ian sendiri telah lulus pelatihan penaksir emas sejak 2022, membuat layanannya lebih cepat dan profesional.

Foto bersama Ian agen Pegadaian Cabang UPC Boja usai dan peserta usai menjadi pembicara. (Foto: dok/Ian)

“Pegadaian terus mendampingi kami. Ada pelatihan digital, layanan syariah, dan cara promosi. Saya belajar banyak,” ungkapnya.

Pegadaian Kanwil XI Semarang, yang menaungi wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, mencatat lebih dari 13 ribu agen aktif. Kepala Bagian Jaringan dan Distribusi Layanan, Niken Pratiwi, menyebut, siapa pun bisa menjadi agen: ibu rumah tangga, mahasiswa, bahkan pensiunan.

“Kami ingin layanan Pegadaian menjangkau semua lapisan masyarakat. Inilah semangat Pegadaian mengEMASkan Indonesia,” ujar Niken.

Cahaya Emas dari Boja

Kini, rumah Ian juga dibranding dengan logo resmi Pegadaian. Bagi masyarakat Boja dan sekitarnya, rumah itu adalah tempat solusi, bukan sekadar gadai. Dari situ, ia telah menolong ratusan keluarga melewati masa sulit, membangun usaha, bahkan menabung masa depan lewat emas.

“Dulu saya yang mencari pekerjaan. Sekarang saya bisa membuka pekerjaan. Bagi saya, itu bentuk kesuksesan yang sebenarnya,” tuturnya lirih.

Baca juga: Kisah Inspiratif Reza Permadi Pemenang Satu Indonesia Award Astra 2024

Ian tak lagi bermimpi kembali ke luar negeri. Mimpinya kini sederhana tapi bermakna: membuka lebih banyak outlet, melatih agen baru, dan terus menginspirasi.

“Pegadaian bukan cuma soal gadai emas. Ini soal mengubah hidup, memutar ekonomi, dan membawa cahaya bagi banyak orang,” katanya sambil tersenyum.

Di tangan Ian dan ribuan agen lain di seluruh Indonesia, visi besar itu nyata: Pegadaian benar-benar mengEMASkan Indonesia bukan hanya dalam arti logam mulia, tetapi juga dalam arti memuliakan kehidupan masyarakat kecil dengan kesempatan dan kepercayaan. (Shodiqin)

Exit mobile version