
SEMARANG, Jatengnews.id – Puluhan buruh di Kota Semarang menggelar aksi Topo Pepe di depan Balai Kota menuntut kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kota (UMSK) menjadi Rp 4,1 juta dari sebelumnya sekitar Rp 3,4 juta.
Koordinator aksi, Ahmad Zainudin, mengatakan aksi Topo Pepe merupakan bentuk desakan agar Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, mau berdialog dengan para buruh.
Baca juga: Ratusan Buruh Sritex Geruduk PN Semarang, Suarakan Going Concern
“Topo Pepe adalah simbol perlawanan rakyat ketika pemimpinnya belum berpihak. Kami menunggu Wali Kota untuk mendengarkan langsung aspirasi kami,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Menurut Zainudin, nilai UMK saat ini belum mencerminkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Kota Semarang.
“UMK sekarang jauh dari KHL dan tertinggal dibanding kota besar lain. Data pemerintah berbeda dengan kondisi di lapangan,” katanya.
Aksi yang berlangsung sejak Kamis (6/11/2025) itu menarik perhatian Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman (Pilus), yang datang menemui peserta aksi.
Pilus menyebut DPRD telah menindaklanjuti tuntutan buruh dengan mengirimkan rekomendasi resmi kepada Wali Kota.
Baca juga: Wali Kota Semarang Terima Permintaan Maaf Mahasiswa Terlibat Kerusuhan May Day
“Kami sudah menerima aspirasi teman-teman buruh dan merekomendasikan kenaikan UMK-UMSK sekitar Rp 4,1 juta kepada Wali Kota,” ungkap Pilus.
Pilus menilai, besaran upah tersebut layak diterapkan di Kota Semarang.
“Sebagai ibu kota provinsi dan kota metropolitan, Semarang sudah seharusnya bisa memberikan kehidupan layak bagi para pekerja,” pungkasnya.(02)