
SEMARANG, Jatengnews.id – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meminta seluruh bupati dan wali kota di provinsi itu untuk memastikan kesiapsiagaan penuh menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga Desember 2025.
“Seluruh daerah harus memetakan ulang titik rawan, termasuk wilayah banjir dan longsor,” tegas Gubernur Luthfi saat Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Selasa (18/11/2025).
Baca juga: 17 Orang Meninggal Dunia Tertimbun Longsor di Pekalongan
Beberapa wilayah rawan banjir antara lain Kota Semarang, Kabupaten Demak, Jepara, Pekalongan, dan Cilacap. Sementara kawasan rawan longsor mencakup Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo, Kebumen, Karanganyar, dan Cilacap.
Gubernur menekankan pentingnya peran kepala desa dan kearifan lokal dalam mitigasi.
“Kepala desa harus bisa melakukan pendekatan persuasif ketika desanya rawan bencana. Kepala desa adalah ujung tombak,” ujar Luthfi.
Selain itu, seluruh daerah diminta menyiapkan SDM, sarana-prasarana, logistik, dan sistem peringatan dini hingga tingkat desa. Gubernur juga menegaskan koordinasi lintas sektor wajib diperkuat tanpa ego sektoral, serta anggaran darurat (BTT) siap digunakan dengan cepat.
“Jika terjadi bencana, kepala daerah harus memimpin langsung di lapangan. Penanggulangan bencana adalah urusan bersama, bukan hanya BPBD,” tegasnya.
Deputi BNPB, Raditya Jati, mengapresiasi langkah ini, menyebut rakor seperti ini penting agar penanganan bencana lebih cepat dan komprehensif.
Baca juga : Gubernur Ahmad Luthfi Pastikan Penanganan Longsor Banjarnegara Terpadu
Sepanjang 2025, bencana di Jawa Tengah didominasi longsor (7.761 kejadian), diikuti banjir, angin kencang, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, dan gelombang.
Total korban terdampak mencapai 565 meninggal, 77 hilang, 629 luka-luka, dan lebih dari 17 ribu mengungsi. Dari 8.563 desa di Jateng, 1.715 sudah ditetapkan sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana).(02)