25 C
Semarang
, 11 Desember 2025
spot_img

400 Pengurus PWNU–PCNU Nyatakan Patuh pada Keputusan Mustasyar Tebuireng

Sikap ini disampaikan dalam pertemuan daring yang dipimpin Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

JOMBANG, Jatengnews.id – Lebih dari 400 pengurus wilayah (PWNU) dan cabang (PCNU) Nahdlatul Ulama dari seluruh Indonesia menyatakan komitmen bulat untuk mengikuti arahan para Mustasyar dan sesepuh NU yang bersilaturahim di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Sikap ini disampaikan dalam pertemuan daring yang dipimpin Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

Para pimpinan PWNU dan PCNU menegaskan bahwa keputusan Mustasyar Tebuireng menjadi rujukan moral tertinggi dalam merespons dinamika internal PBNU beberapa hari terakhir. Para sesepuh yang hadir, seperti Prof KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Siradj, KH Anwar Manshur, KH Umar Wahid, dan lainnya dinilai menunjukkan kepedulian besar terhadap keselamatan jam’iyyah.

Baca juga: 4 Kesimpulan Rapat Sesepuh NU, Ma’ruf Amin: Tegaskan Polemik PBNU Harus Diselesaikan Internal

Sejumlah perwakilan wilayah dan cabang yang berbicara dalam forum daring menyatakan bahwa keputusan para mustasyar mengikat secara moral bagi seluruh keluarga besar NU. Dalam forum tersebut, Gus Yahya menjelaskan latar belakang pertemuan Tebuireng, termasuk kehadiran para kiai sepuh meski dalam kondisi fisik terbatas.

“Saya terharu melihat para sesepuh turun tangan. Mereka bersusah payah datang karena kecintaan yang luar biasa kepada jam’iyyah ini,” ujarnya.

Gus Yahya menyampaikan bahwa dirinya telah memberikan jawaban lengkap kepada para sesepuh, termasuk dokumen berisi data terkait berbagai tuduhan dan isu yang berkembang. “Semua hal yang dipertanyakan sudah saya jawab selengkap-lengkapnya dan serinci-rincinya,” katanya.

Ia menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah penyelamatan tatanan organisasi.

“Organisasi itu manzumah, dan sokogurunya adalah nizham. Bila nizham diabaikan, organisasi bisa runtuh dan mundur seratus tahun,” tegasnya.

Dukungan dari Berbagai PWNU

Rais Syuriyah PWNU Bengkulu KH Hasbullah Ahmad menyatakan bahwa narasi yang menyebut ketua umum durhaka kepada kiai adalah keliru.

“Justru Ketum sedang menasihati kita semua untuk kembali ke aturan,” ujarnya. PWNU Bengkulu sepenuhnya mendukung keputusan Mustasyar Tebuireng. “Kami support agar Ketum dan Sekjen terus berupaya agar NU selamat dari badai,” katanya.

Dukungan serupa disampaikan Ketua PWNU Kepulauan Bangka Belitung Masmuni Mahatma. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan bergeser dari AD/ART.

“Ketua umum atau rais aam hanyalah institusi kecil. Yang besar adalah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,” ujarnya.

Masmuni menyebut PWNU dan PCNU Bangka Belitung mengikuti sepenuhnya arahan Mustasyar Tebuireng karena para sesepuh memiliki pandangan jernih dan bebas dari kepentingan personal.

Sementara itu, Ketua PWNU Sulawesi Selatan Prof KH Hamzah Harun Al-Rasyid menilai alasan pemakzulan Ketua Umum tidak memiliki dasar kuat.

“Mandataris tidak boleh diberhentikan kecuali melalui forum yang sama yang mengangkatnya,” tegasnya.

Menurutnya, langkah terbaik saat ini adalah mengikuti rekomendasi para sesepuh mengenai islah dan penertiban arus informasi. “Kalau islah tidak bisa, kembali kepada AD/ART. Itulah pesan Mustasyar,” katanya.

Seruan Meredakan Ketegangan di Media Sosial

Di sisi lain, Ketua PCNU Kota Malang KH Isroqunnajah menyampaikan keprihatinan atas saling serang di media sosial yang menyeret nama para kiai.

Baca juga: PBNU Protes Keras Tayangan Trans7 yang Dinilai Hina Pesantren

“Kami tidak rela para kiai dibully. Silaturahim Tebuireng memberi arah jelas agar persoalan kembali pada tatanan,” ujarnya.

Ia menilai klarifikasi lengkap yang diberikan Ketua Umum kepada para sesepuh menjadi modal kuat bagi warga NU untuk memegang keputusan Mustasyar sebagai rujukan.

Para pengurus wilayah dan cabang akhirnya bersepakat mengikuti langkah para Mustasyar dan sesepuh NU sambil menunggu proses organisatoris selanjutnya.

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN