SEMARANG, Jatengnews.id — Tantangan ketenagakerjaan masih menghantui Kota Semarang. Data Dinas Tenaga Kerja mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) 2024 mencapai 5,82%, menunjukkan masih banyak warga usia kerja yang belum terserap pasar kerja formal.
Di tengah kebutuhan solusi nyata, model bisnis kendaraan roda tiga Bajaj melalui jaringan aplikasi Maxride mencuri perhatian. Bukan sekadar alat transportasi, Bajaj diposisikan sebagai aset produktif yang mampu menghasilkan pendapatan rutin dan membuka kesempatan kerja baru.
Baca juga : Kota Semarang Raih Jaringan Kota Pusaka Indonesia Award
Berbeda dari instrumen investasi spekulatif, pembelian unit Bajaj memberikan kepemilikan aset fisik yang beroperasi setiap hari baik sebagai kendaraan penumpang maupun unit sewa. Aset bisa digunakan, dipantau, dan bahkan dijual kembali ketika dibutuhkan, sehingga menawarkan fleksibilitas likuid bagi investor.
Salah satu pemilik Bajaj, Pak Ali di Semarang, merasakan langsung manfaatnya. Selain keuntungan finansial, ia melihat dampak sosial dari model investasi ini:
“Ini ekonomi sosial. Dari Bajaj saya, teman-teman yang sudah tua bisa bekerja lagi. Jadi menambah lapangan pekerjaan. Bajaj juga aman untuk keluarga, terlindungi dari panas dan hujan.” ujarnya.
Konsep sederhana: semakin banyak unit beroperasi, semakin banyak driver yang terserap. Dengan TPT di angka 5,82%, skema ini berpotensi mengurangi pengangguran lokal.
Bagi investor, imbal hasil menjadi daya tarik utama. Di tengah suku bunga deposito yang cenderung stagnan, aset produktif seperti Bajaj menawarkan cash flow bulanan. Contohnya, dengan modal Rp50 juta untuk satu unit, setoran driver bisa mencapai Rp2,5 juta per bulan memberikan yield jauh di atas bunga deposito bank.
Selain potensi return, nilai tambah Bajaj terletak pada arus kas yang stabil, model bisnis jelas, dan dampak langsung bagi masyarakat. Aset ini juga memiliki nilai jual kembali, memberi ruang exit strategy yang tidak dimiliki banyak instrumen alternatif lain.
Investasi Bajaj pada akhirnya menciptakan ekosistem win–win yakni Investor memperoleh keuntungan dan aset produktif, Driver mendapat pekerjaan tanpa harus membeli kendaraan sendiri
Daerahmendapatkan solusi transportasi inklusif dan penguatan ekonomi lokal.
Baca juga : Puluhan Siswa SD di Sukoharjo Keracunan Makanan
Model investasi berbasis aset seperti Bajaj menawarkan pendekatan baru dalam menjawab isu sosial–ekonomi kota. Inilah strategi investasi yang tidak hanya mengejar angka return, tetapi juga menggerakkan ekonomi dari level akar rumput. (03)



