Beranda Daerah Borobudur Mawayang Hadirkan Sang Rahvana, Kolaborasi Dalang Lintas Generasi

Borobudur Mawayang Hadirkan Sang Rahvana, Kolaborasi Dalang Lintas Generasi

Kampung Seni Borobudur tidak hanya estetik, tetapi juga futuristik.

Ki Sujiwo Tejo (kanan) dan Ki Sindhunata.(Foto:ist)

MAGELANG, Jatengnews.id – Direktur PT Taman Wisata Borobudur (PT TWB) Mardijono Nugroho menjelaskan pengelolaan kawasan Borobudur memang diarahkan pada pemanfaatan energi ramah lingkungan.

Menurutnya, Kampung Seni Borobudur (KSB) menjadi katalisator progresif dalam pengembangan destinasi wisata berkonsep hijau.

Baca juga: Teater Lingkar Pentaskan Laron, Ceritakan Kegelisahan Masyarakat Saat Ini

“Kampung Seni Borobudur tidak hanya estetik, tetapi juga futuristik. Infrastruktur tanpa kabel udara atau underground cabling menghadirkan lanskap yang bersih dan rapi. Penambahan panel surya serta penanaman pohon hari ini semakin memperkuat ekosistem hijau Borobudur,” jelas Mardijono pada Jumat (12/12/2025).

Dalam rangkaian HUT ke-1 ini, PT TWB juga menghadirkan kirab budaya serta pagelaran wayang kulit bertajuk Borobudur Mawayang dengan lakon Sang Rahvana di Pendopo Kampung Seni Borobudur pada Jumat (12/12/2025) mulai pukul 15.30 WIB di Pendopo Kampung Seni Borobudur, Borobudur, Kabupaten Magelang.

Acara tersebut dimeriahkan budayawan Ki Sujiwo Tejo dan Ki Sindhunata yang merupakan dalang lintas generasi.

“Kami bekerja sama dengan Teater Lingkar Semarang menghadirkan dalang lintas generasi. Pagelaran ini diharapkan menghidupkan kembali narasi luhur pewayangan sebagai media refleksi dan hiburan edukatif bagi masyarakat,” lanjut Mardijono.

Lakon Sang Rahvana menempatkan Rahwana sebagai figur kompleks, Raja Alengka Diraja yang rela menempuh jalan ekstrem demi kejayaan negerinya. Seluruh saudara dan anak-anaknya telah gugur dalam perang Brontoyudo Palwogo-Kolo melawan bangsa kera.

Baca juga: Pementasan Sepasang Merpati Tua, Perayaan 45 Tahun Teater Lingkar Semarang

Di tengah kehancuran itu, Rahwana masih harus menghadapi Sri Rama Wijaya dan hasratnya mempersunting Sinta. Kisah ini dihadirkan kembali di Borobudur, mengajak penonton menimbang ulang batas antara ambisi, pengorbanan, dan kepemimpinan.

Melalui perayaan ini, Kampung Seni Borobudur memosisikan diri sebagai ruang temu antara agenda hijau dan kebudayaan—tempat di mana warisan masa lalu dibaca ulang, dan masa depan dirancang dengan kesadaran ekologis.(02)

Exit mobile version