SUASANA Auditorium SMC RS Telogorejo Semarang, Kamis (18/12/2025), terasa lebih khidmat dari biasanya. Di antara deretan perawat yang mengenakan toga, Rima Veronika S. duduk dengan mata berkaca-kaca.
Hari itu bukan sekadar hari wisuda, melainkan penanda berakhirnya perjuangan panjang selama 21 tahun bekerja sambil menyimpan mimpi.
Rima, perawat RS Telogorejo berusia 43 tahun, resmi diwisuda dan mengucapkan sumpah profesi ners. Lebih dari itu, ia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik di antara 124 karyawan RS Telogorejo yang mengikuti Wisuda dan Angkat Sumpah Profesi Ners Universitas Telogorejo Semarang.
“Rasanya campur aduk. Senang, haru, dan tidak menyangka bisa sampai di titik ini,” ujar Rima saat ditanya wartawan.
Baca juga: 124 Karyawan RS Telogorejo Ikuti Wisuda dan Angkat Sumpah Perdana Universitas Telogorejo
Wisuda tersebut menjadi momen bersejarah, karena merupakan wisuda dan angkat sumpah perdana setelah Universitas Telogorejo resmi bertransformasi menjadi universitas.
Sebanyak 124 karyawan RS Telogorejo dinyatakan lulus Program Studi Profesi Ners (Perawat) Alih Jenjang sebagai bagian dari peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan.
Bagi Rima, capaian ini diraih melalui jalan yang tidak mudah. Setelah 21 tahun bekerja sebagai perawat, ia memutuskan kembali ke bangku kuliah. Di tengah padatnya jadwal kerja, ia juga harus membagi waktu sebagai mahasiswa dan ibu rumah tangga.
“Tiga peran sekaligus saya jalani. Kuliah, bekerja, dan mengurus keluarga. Tantangan terberat adalah waktu untuk keluarga yang jadi berkurang,” kenangnya.
Namun, semua lelah itu terbayar saat namanya diumumkan sebagai wisudawan terbaik. Rima merupakan perawat di ruang ICU. Dari unit tersebut, 25 perawat dinyatakan lulus, sementara total 124 perawat RS Telogorejo diwisuda secara bersamaan.
Janji Sang Ibu
Motivasi terbesar Rima berawal dari keinginan ibunya. Sebelum meninggal, sang ibu sempat menyimpan harapan agar Rima menjadi seorang perawat.
“Awalnya karena keinginan ibu. Tapi seiring waktu, saya sadar menjadi perawat bukan hanya soal melayani, melainkan tentang empati. Melihat pasien tersenyum dan sembuh itu seperti hadiah tersendiri,” tuturnya.

Rektor Universitas Telogorejo Semarang, dr. Swanny Trikajanti Widyaatmadja, M.Kes., Ph.D, menyebut para wisudawan telah mencatat sejarah penting melalui wisuda dan angkat sumpah perdana tersebut.
“Momentum ini menjadi tonggak awal komitmen Universitas Telogorejo Semarang dalam mencetak lulusan unggul, profesional, dan berdaya saing tinggi di dunia kerja, khususnya di bidang kesehatan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pelaksanaan wisuda digelar dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung pada 18 Desember 2025 di Auditorium SMC RS Telogorejo Semarang dengan 124 wisudawan Program Studi Profesi Ners Alih Jenjang.
“Para lulusan secara resmi mengucapkan sumpah profesi sebagai bentuk kesiapan mengabdi kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi etika dan profesionalisme,” tambahnya.
Selain capaian akademik, Universitas Telogorejo Semarang juga dikenal aktif membangun jejaring kerja sama nasional dan internasional. Melalui Career Center, mahasiswa dan alumni mendapat pendampingan karier serta akses ke dunia industri dan layanan kesehatan.
Tahap kedua wisuda dijadwalkan pada 23 Desember 2025 di Hotel Patra Jasa Semarang Hotel & Convention dengan total 320 wisudawan dari berbagai program studi, meliputi Diploma III Keperawatan (50 wisudawan), Profesi Ners (143), Kebidanan (33), Farmasi (59), dan Fisioterapi (35).
Baca juga: 100 Tahun Telogorejo, Rumah Sakit Modern Berbasis Riset Menuju “Future of Hope”
Capaian membanggakan juga ditorehkan para lulusan Universitas Telogorejo Semarang. Sebanyak 63,51 persen lulusan telah diterima bekerja sebelum diwisuda, terserap di berbagai institusi kesehatan ternama seperti Eka Hospital Group, SMC RS Telogorejo, Mitra Keluarga Group, RS KSH Pati, Klinik Esensia Semarang, RS dr. Oen Solo Baru, RS Mardi Rahayu, hingga RS Awal Bros Batam.
Bagi Rima Veronika lahir di Semarang pada 21 Agustus 1983 dan kini tinggal di Ungaran Kabupaten Semarang, hari wisuda itu menjadi bukti bahwa mimpi tidak pernah mengenal kata terlambat.
Senyumnya bukan hanya milik dirinya, tetapi juga untuk keluarga, rekan kerja, dan almarhum ibunya yang menjadi sumber kekuatan di setiap langkah perjuangan. (01).