28 C
Semarang
, 12 May 2025
spot_img

Belum Miliki Wihara Umat Buddha Demak Rayakan Waisak di Semarang

Demak, Jatengnews.id — Dalam peringatan Hari Raya Waisak 2569 BE, umat Buddha di Kabupaten Demak masih menghadapi tantangan yakni belum adanya rumah ibadah atau wihara di wilayah mereka sendiri.

Wakil Ketua Permabudhi Jawa Tengah sekaligus Wakil Ketua Magabudhi Jawa Tengah, Bhikkhu Aggadhammo Warto, mengatakan bahwa meski jumlah umat Buddha di Demak cukup banyak, hingga kini mereka belum memiliki tempat ibadah yang permanen.

Baca juga : Mengenal Makna Perayaan Waisak Bagi Umat Buddha

“Di Demak kami belum punya Wihara. Menurut data statistik, ada 128 umat Buddha, namun yang aktif beribadah sekitar 30-40 orang. Karena tidak ada Wihara, kami harus beribadah di Semarang atau Borobudur,” ungkap Warto yang juga memimpin perayaan Waisak di Kinara Kinari, Muktiharjo Kidul, Kota Semarang, Senin (12/5/2025).

Setiap perayaan Waisak, umat Buddha Demak berpencar ke berbagai Wihara seperti Wihara Tanah Putih, Watu Gong, hingga Kinara Kinari. Bahkan sebagian lainnya yang berasal dari majelis berbeda terpaksa beribadah di Rejosari, Semarang.

Tema Waisak tahun ini, “Kebijaksanaan Dasar Keluhuran Bangsa”, menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai luhur seperti toleransi, kesetaraan, dan saling menghormati antarumat beragama.

Warto yang merupakan warga asli Mranggen Demak, menekankan bahwa kebijaksanaan sejati melahirkan pribadi luhur yang mampu menjaga kerukunan dan hidup berdampingan dalam perbedaan.

“Kami tetap menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan pemerintah. Kami selalu hadir dalam undangan kegiatan keagamaan lintas iman, seperti di Masjid Agung Demak, Polres, dan Pemkab,” ujarnya.

Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa umat Buddha di Demak masih mengalami kesulitan dalam mengajukan izin pendirian rumah ibadah. Meski pernah menyampaikan permohonan secara lisan dan melakukan audiensi, belum ada tindak lanjut karena pergantian kepemimpinan di instansi terkait.

“Kami hanya butuh lahan kecil, sekitar 4×4 meter saja sudah cukup. Kalau harus beli, kami siap beli. Kami hanya berharap dipermudah dalam proses perizinannya,” jelasnya.

Di hari suci Waisak ini, umat Buddha di Demak berharap kehadiran tempat ibadah yang layak dapat segera terwujud. Bukan hanya sebagai tempat spiritual, tetapi juga sebagai bentuk kerukunan dan kebhinekaan yang hidup di Bumi Demak.

Baca juga : Jelang Waisak Para Biksu Melaksanakan Perjalanan Spiritual Thudong

“Kami ingin menjadi seperti ‘gadis cantik’ yang membawa kedamaian dan kenyamanan bagi semua. Selama ini kami terbuka dan selalu bersilaturahmi dengan agama lain, kini kami hanya ingin diakui dan difasilitasi,” pungkasnya. (Sam-03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN