28.3 C
Semarang
, 3 Juli 2025
spot_img

HUT Jakarta Jadi Simbol Kemenangan Koalisi Nusantara Pimpinan Fatahillah

Hari Jadi Jakarta pada 22 Juni memperingati kemenangan Fatahillah dan Koalisi Nusantara dari Demak, Cirebon, Jepara, Tuban, dan Gresik dalam membebaskan Sunda Kelapa dari Portugis tahun 1527.

JAKARTA, Jatengnews.id – Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jakarta yang diperingati setiap tanggal 22 Juni, sejatinya merupakan simbol kemenangan Koalisi Nusantara yang dipimpin oleh Fatahillah dalam membebaskan Sunda Kelapa dari penjajahan Portugis pada tahun 1527.

Sejarawan menyebut, perjuangan tersebut melibatkan kekuatan lintas daerah seperti Demak, Cirebon, Jepara, Tuban, dan Gresik, yang saat itu bersatu sebagai kekuatan maritim Islam di Nusantara.

Baca juga : HUT ke-74 DPRD Karanganyar Tetap Terbuka Kritik Masyarakat

Menurut Sariat Arifia, peneliti sejarah Islam, peringatan HUT Jakarta hendaknya dimaknai sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan kolektif warga Nusantara.

“Tidak akan ada Jakarta jika tidak ada pasukan koalisi dari Demak, Cirebon, Jepara, Tuban, dan Gresik yang dipimpin Fatahillah dari Pasai (kini Lhokseumawe). Itu adalah hasil perjuangan bersama,” tegas Sariat Arifia, Kamis (3/7/2025).

Sariat yang telah lebih dari lima tahun melakukan riset lapangan menggunakan metode grounded theory secara mandiri, mendorong pengembangan Museum Fatahillah menjadi Museum Perjuangan Jakarta Fatahillah. Ia menilai, museum tersebut harus menghadirkan narasi dan koleksi sejarah yang menyoroti koneksitas perjuangan dari berbagai daerah.

“Perlu ada narasi dan benda bersejarah dari Pasai, Demak, Cirebon, Tuban, serta daerah lain yang turut membebaskan Sunda Kelapa. Juga perlu dikaitkan dengan perjuangan Pateh Unus membebaskan Malaka dari Portugis, karena merupakan rangkaian perjuangan yang saling terhubung,” ujarnya.

Sunda Kelapa, Pelabuhan Strategis Rempah Dunia
Pada abad ke-16, Sunda Kelapa merupakan pelabuhan dagang paling penting di wilayah barat Nusantara. Pelabuhan ini menjadi simpul utama perdagangan rempah-rempah internasional dan menjadi magnet para pedagang dari Sumatera, Palembang, Laue, Tanjungpura, Malaka, Makassar, Jawa, Madura, dan wilayah lainnya.

Letak pelabuhan yang hanya dua hari perjalanan dari pusat Kerajaan Pakuan Pajajaran di Kota Dayo, menjadikan Sunda Kelapa sangat strategis dan krusial dalam perdagangan maupun politik.

Sariat menjelaskan bahwa pembebasan Sunda Kelapa adalah bagian dari proses perjuangan panjang yang dimulai dari penyerangan Portugis ke Kerajaan Pasai, hijrah Fatahillah ke Tanah Suci, upaya Pateh Unus dalam merebut kembali Malaka, hingga kemudian Fatahillah tiba di Demak dan Cirebon dan mulai membangun koalisi militer untuk membebaskan Sunda Kelapa.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, anggota DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, menyampaikan dukungannya agar HUT Jakarta ke depan juga melibatkan daerah-daerah yang dulu menjadi bagian dari perjuangan pembebasan.

“Mengundang daerah yang punya kontribusi historis dalam pembebasan Sunda Kelapa itu keren. Menurut saya itu langkah elegan dan relevan,” ucap Lukman yang akrab disapa Bang Lukman.

Ia juga mendukung gagasan penguatan narasi sejarah di Museum Fatahillah agar diperluas menjadi Museum Perjuangan Jakarta Fatahillah, sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan kolektif lintas daerah dalam melahirkan Jakarta.

“Momentum HUT Jakarta bukan peristiwa tunggal. Itu adalah hasil perjuangan bersama warga Nusantara dari berbagai daerah. Layak diperingati secara inklusif,” tambahnya.

Berdasarkan literatur sejarah, Fatahillah yang berasal dari Kesultanan Pasai, hijrah ke Jawa dan bergabung dengan kekuatan Demak. Setelah mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa, ia mengganti nama wilayah tersebut menjadi Jayakarta atau Jacarta, yang berarti “Kota Kemenangan”.

Namun, pasca kemenangan tersebut, terdapat sejumlah versi mengenai keberadaan Fatahillah. Ada yang menyebut ia diangkat sebagai Adipati Jayakarta, ada yang menyebut kembali ke Demak, Cirebon, atau bahkan ke Banten.

Baca juga : HUT ke 79 Bhayangkara, Kapolri Ziarah Makam Soeharto

“Cerita lengkap tentang perjalanan Fatahillah, termasuk di mana beliau wafat dan dimakamkan, sedang kami finalisasi dalam bentuk buku. Semuanya kami teliti secara cermat,” ungkap Sariat Arifia. (03)


Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN