30.9 C
Semarang
, 9 Juli 2025
spot_img

Mahasiswa USM Kampanyekan Pelestarian Lagu Daerah Lewat “LARAS HARMONI” di CFD Simpang Lima

Menurunnya minat generasi muda terhadap lagu tradisional menjadi alasan utama kegiatan ini.

SEMARANG, Jatengnews.id – Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-38, mahasiswa Universitas Semarang (USM) menghadirkan kampanye budaya bertajuk “LARAS HARMONI” di Pameran Budaya Nusantara, kawasan Car Free Day (CFD) Simpang Lima Semarang, Minggu pagi (22/6/2025).

Kegiatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali lagu daerah di tengah dominasi budaya global yang semakin kuat.

Kampanye ini merupakan implementasi dari mata kuliah Komunikasi Antar Budaya, dan digagas oleh lima mahasiswa USM: Mega Pancarisma, Risa Meilinda, Regita Pramudani, Vania Budiarti, dan Christina Elok Ayu Widyantari.

Menjawab Tantangan Globalisasi

Ketua tim, Mega Pancarisma, menyatakan bahwa menurunnya minat generasi muda terhadap lagu tradisional menjadi alasan utama kegiatan ini. Budaya populer seperti K-pop, musik Barat, dan genre modern lainnya kini lebih mendominasi ruang publik, menggantikan posisi lagu daerah dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Mahasiswa USM Nyalakan Semangat Budaya Lewat “Suluhing Kampung Jawi”

Untuk memahami fenomena ini, tim melakukan survei mini terhadap 208 responden berusia 13–40 tahun di Kota Semarang. Hasil survei menunjukkan bahwa anak muda lebih mengenal musik internasional dibandingkan lagu daerah, dan sebagian besar hanya tahu lagu dari daerah asal mereka.

Sebaliknya, generasi yang lebih tua masih akrab dengan lagu-lagu tradisional dan merindukan masa ketika lagu daerah menjadi bagian dari kehidupan keluarga. Fakta ini menunjukkan kesenjangan budaya antargenerasi yang perlu dijembatani.

“Pelestarian lagu daerah perlu melibatkan semua kalangan usia, agar nilai-nilai budaya tetap hidup dan diwariskan lintas generasi,” ujar Mega dalam rilis resmi kepada Jatengnews.id.

Kampanye Edukatif

“LARAS HARMONI” dirancang sebagai kampanye budaya yang edukatif dan interaktif, menjangkau anak-anak, remaja, hingga orang tua. Booth kampanye tampil unik dengan konsep etnik-modern, dihiasi ornamen khas Nusantara seperti motif batik, miniatur rumah adat, dan candi.

Salah satu daya tarik booth adalah pop-up book tiga dimensi yang memuat ilustrasi pakaian adat dan simbol budaya dari berbagai daerah Indonesia. Selain itu, dua permainan budaya menjadi pusat perhatian pengunjung:

Tebaklah Aku: Memutar spinner berisi judul lagu daerah dan menyanyikannya.

Nada dan Kata: Menebak lagu dari potongan musik yang diputar, dibantu petunjuk visual dari pop-up book.

Bagi peserta yang berhasil menyelesaikan tantangan, disediakan hadiah dawet gratis, menambah nuansa lokal yang menyenangkan.

Apresiasi Pengunjung

Kegiatan ini berhasil menarik 208 peserta aktif dari berbagai kelompok usia. Banyak pengunjung mengapresiasi “LARAS HARMONI” sebagai ruang nostalgia sekaligus edukasi budaya keluarga.

Salah satu pengunjung, Pak Danang (32), warga Semarang, menyatakan kekagumannya:

Baca juga: Mahasiswa KKN USM Latih Emak-Emak Kampung Jawi Bikin Konten Digital

“Memperkenalkan lagu daerah dengan cara yang kreatif seperti ini sangat penting. Ini bukan sekadar pameran, tapi mengajak orang terlibat langsung. Saya jadi teringat lagu masa kecil yang dulu sering dinyanyikan orang tua saya,” ungkapnya.

Mega menegaskan bahwa kampanye ini bukan sekadar hiburan, melainkan kontribusi nyata mahasiswa dalam menjawab tantangan pelestarian budaya di era digital.

“Lagu daerah tidak harus diajarkan dengan cara yang kaku. Kami ingin membuktikan bahwa pelestarian budaya bisa menyenangkan dan tetap bermakna,” jelasnya.

Melalui “LARAS HARMONI”, mahasiswa Universitas Semarang mengajak masyarakat untuk kembali mencintai lagu daerah sebagai identitas nasional dan warisan budaya yang patut dilestarikan di tengah arus globalisasi yang semakin deras. (01).

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN