SEMARANG, Jatengnews.id – Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Jawa Tengah, Zulkifli Gayo, merespons hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan rendahnya popularitas Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen. Menurutnya, hal itu terjadi karena keduanya adalah pemimpin bertipikal substansial yang lebih fokus pada kerja nyata daripada pencitraan.
“Pak Luthfi dan Gus Yasin ini bukan tipe pemimpin yang gemar tampil di media. Mereka lebih memilih bekerja dalam diam, memastikan hasilnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Zulkifli saat ditemui di Semarang, Kamis (21/8/2025).
Baca juga: Bahagianya Wagiman Dapat Bantuan RTLH dari Gubernur Jawa Tengah
Zulkifli menjelaskan bahwa secara umum ada tiga jenis kepemimpinan, yaitu populis, strategis, dan substansial. Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, kata dia, cenderung mengedepankan pendekatan substansial.
“Mereka membentuk super tim bersama OPD, menjalankan program prorakyat tanpa banyak gembar-gembor. Yang penting bagi mereka, rakyat merasakan dampaknya,” lanjutnya.
Pernyataan ini menanggapi temuan Litbang Kompas yang cukup unik. Peneliti Litbang Kompas, Arita Nugraheni, menyebutkan bahwa meski kepuasan publik terhadap kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng tinggi, tingkat popularitas mereka justru rendah.
“Ini menarik, karena 8 dari 10 warga Jawa Tengah mengaku puas dengan kinerja gubernur dan wakilnya. Tapi saat ditanya siapa gubernur saat ini, banyak yang malah menyebut nama lain,” ujar Arita.
Zulkifli mencontohkan sejumlah kebijakan prorakyat yang telah dijalankan pasangan pemimpin ini, seperti penurunan tarif Trans Jateng dari Rp2.000 menjadi Rp1.000 untuk siswa, buruh, veteran, dan lansia.
“Itu kebijakan langsung menyentuh masyarakat, tapi tidak banyak yang tahu. Bagi mereka, tidak masalah tak diekspos, yang penting rakyat merasakan manfaatnya,” tegas Zulkifli.
Selain itu, ia menyebut penurunan angka kemiskinan di Jateng menjadi 9,48 persen, menempatkan provinsi ini di posisi ketiga terbaik se-Pulau Jawa. Sementara pembangunan rumah tidak layak huni mencapai 17.000 unit, tertinggi di Indonesia.
“Belum lagi insentif untuk 570 penghafal Al-Qur’an dan 230.830 guru keagamaan. Ini program yang tidak banyak diketahui, tapi dampaknya besar,” ujarnya.
Menanggapi kritik dalam survei soal rendahnya kepuasan terhadap kondisi infrastruktur dan lapangan kerja, Zulkifli menjelaskan bahwa hal itu karena keterbatasan anggaran awal.
“APBD murni 2025 disusun sebelum Pak Luthfi dan Gus Yasin menjabat. Perubahan baru bisa dilakukan melalui APBD Perubahan yang mulai berjalan sekarang,” ungkapnya.
Menurutnya, perbaikan infrastruktur akan terasa dampaknya pada triwulan akhir tahun ini, karena realisasi pekerjaan dilakukan bertahap hingga Desember.
“Sekarang permintaan dari kabupaten/kota memang banyak fokus di jalan. Kita integrasikan semuanya,” jelasnya.
Sementara untuk lapangan kerja, Zulkifli mengklaim bahwa nilai investasi di Jateng tinggi dan sebagian besar merupakan investasi padat karya.
“Sebanyak 222 ribu lebih tenaga kerja diserap dari investasi ini. Memang ada risiko PHK kalau kondisi ekonomi terganggu, tapi itu konsekuensi dari jenis investasi yang masuk,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Zulkifli menegaskan bahwa meski kurang populer, Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini telah menunjukkan capaian signifikan dalam waktu singkat.
“Baru enam bulan menjabat, tapi kemiskinan turun, ekonomi naik, investasi tinggi. Mereka pemimpin substansial. Popularitas bisa dikejar, tapi dampak nyata tak bisa dipalsukan,” pungkasnya.(02)