36 C
Semarang
, 16 Oktober 2025
spot_img

Menag Tegaskan Harus Jaga Marwah Pesantren yang Telah Mendidik Bangsa

Menag Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya menjaga kehormatan pondok pesantren dari stigma negatif yang beredar.

SEMARANG, Jatengnews.id – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan kepada seluruh pihak untuk menjaga kehormatan dan marwah pondok pesantren, serta menghindari narasi yang dapat menimbulkan stigma negatif.

Adapun, pihaknya menegaskan bahwa pesantren telah menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah dan peradaban bangsa Indonesia selama berabad-abad.

Baca juga : LBH GP Ansor Demak Desak Trans7 Minta Maaf

Menurut Menag, pesantren merupakan benteng moral bangsa yang berperan besar dalam melahirkan generasi ulama, pemimpin, dan tokoh nasional. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk memahami pesantren secara utuh, baik dari sisi pendidikan maupun nilai-nilai kulturalnya.

“Saya sangat terkejut dan prihatin atas pemberitaan yang menempatkan pesantren dalam citra negatif. Ratusan tahun pesantren telah mendidik manusia Indonesia agar menjadi masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,” ujar Nasaruddin di Jakarta, Selasa (15/10/2025).

Ia menegaskan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan moral, karakter, dan kemanusiaan. “Mari kita bersama-sama menjaga marwah pesantren,” tambahnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Menag sebagai respons terhadap tayangan salah satu program Trans Media yang dinilai menyinggung kehidupan santri. Tayangan itu menampilkan narasi satir, di antaranya menyebut bahwa “santri minum susu saja harus jongkok.” Potongan tayangan tersebut menuai kritik luas karena dianggap melecehkan tradisi kesantunan pesantren serta penghormatan santri kepada kiai.

Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa pondok pesantren tidak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan nilai sosial. Sejak ratusan tahun lalu, pesantren telah berperan besar dalam membentuk masyarakat Indonesia yang santun, taat, dan beradab. Kepercayaan masyarakat terhadap pesantren pun terus meningkat.

“Kalau kita melihat dengan mata hati, kondisi pesantren saat ini justru menunjukkan hal yang sebaliknya dari citra negatif. Antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di pesantren semakin tinggi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, tradisi pesantren mengajarkan kesantunan murid terhadap kiai, yang melahirkan budaya hormat kepada orang tua, dan berimbas pada lahirnya masyarakat yang berbakti kepada pemimpin. “Rakyat yang santun melahirkan pemimpin yang berwibawa, dan pemimpin yang berwibawa tumbuh dari rakyat yang santun. Nilai-nilai seperti inilah yang ditanamkan pesantren,” tutupnya.

Sementara itu, Rektor UIN Walisongo Semarang, Prof. Nizar, turut menanggapi isu tersebut. Ia menyayangkan munculnya tayangan yang dianggap merendahkan pesantren, karena lembaga tersebut selama ini telah berjasa besar dalam pembangunan moral bangsa.

“Pesantren adalah fondasi pendidikan karakter di Indonesia. Menyederhanakan nilai-nilai pesantren dalam bentuk satire justru mencederai makna luhur yang telah dijaga para kiai dan santri selama berabad-abad,” ujar Prof. Nizar.

Menurutnya, media seharusnya berperan dalam memperkuat pemahaman publik tentang peran positif pesantren, bukan sebaliknya. “Media memiliki tanggung jawab moral untuk menampilkan pesantren secara proporsional. Jangan sampai narasi yang muncul justru menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat,” imbuhnya.

Baca juga : Wagub Taj Yasin Imbau Pesantren Miliki Layanan Kesehatan

Prof. Nizar juga mengajak masyarakat untuk menjadikan peristiwa ini sebagai momentum refleksi bersama. “Mari kita jadikan ini sebagai pelajaran agar komunikasi publik lebih sensitif terhadap nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal,” pungkasnya. (03)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN