33 C
Semarang
, 27 July 2024
spot_img

Bawang Merah Penyumbang Inflasi Jateng, Pedagang Mengeluhkan Kenaikan Harga

Semarang, JatengNews.id – Bawang Merah menjadi salah satu penyumbang inflasi di Jawa Tengah (Jateng) hingga 0,20 persen per Mei 2024 ini.

Imbasnya harga Bawang Merah di pasaran meningkat dan pedagang mengeluhkan harganya yang tinggi.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik(BPS) Jateng, perbandingan bulan Maret 2024 dengan April 2024 ada lima komoditas yang andil dalam peningkatan inflasi Jateng.

Pertama bawang merah 0,20 persen, emas perhiasan 0,07 persen, angkutan antar kota 0,04 persen, bawang putih 0,03 persen dan minyak goreng 0,02 persen.

Baca juga: Pemprov Jateng Perkuat Sinergi, BPS Jateng Catat Laju Inflasi Aman Terkendali

Imbasnya, komoditas tersebut seperti bawang merah mengalami kenaikan yang cukup tinggi di pasarannya.

Penjual Bawang di pasar Surtikanti Kota Semarang, Hendra (28) menyebutkan, kenaikan sejak sebelum bulan April 2024 lalu.

“Dari kemarin udah (naik), lebaran Idul Fitri itu (April 2024) langsung naik terus hingga sekarang,” jelasnya saat ditemui Jatengnews.id.

Dirinya menyebutkan, harga jualnya saat ini diangka Rp 58 ribu hingga Rp 60 ribu perkilogramnya.

“Itu masih tinggi, kalau rendah itu biasanya Rp 28 ribu atau Rp 25 ribu sekilonya,” sebutnya harga terendah Bawang yang ia ketahui.

Kenaikan harga hingga Rp 60 ribu, ia perkiraan sudah terjadi selama 1 bulan lamanya. Sementara penyebabnya apa, dirinya mengaku tidak mengetahui apa penyebabnya.

Akibat dari kenaikan tersebut, tak jarang ia mendapatkan keluan dari pelanggannya yang rata penjual makanan siap saji.

“Ya banyak (yang mengeluhkan), kayak pembeli disinikan kebanyakan warung nasi gitu. Kalau biasanya beli langsung setengah kilo, sekilo atau lebih itu biasa, sekarang hanya Rp 15 ribu atau Rp 10 ribu (sedapatnya) aja, itu nanti buat dua hari,” terangnya kondisi pasar saat bawang naik.

Terpisah dalam rilis BPS Jateng, Sekretaris Daerah Pemprov Jateng, Sumarno menjelaskan, bahwa harga nilai tukar tani berlawanan dengan masalah inflasi.

Baca juga: BPS Ungkap Dampak Konflik Iran-Israel ke Perdagangan RI

“Karena selama ini inflasi Jateng itu banyak ditopang dari pangan. Sehingga kita perlu  hati-hati dalam titik pangan ini,” jelasnya dalam rilis BPS Jateng pada Kamis (2/5/2024) kemarin.

Maksudnya, ketika petani senang karena harga jual panennya meningkat itu angka pembelinya menurun dan mengalami inflasi dan sebaliknya, sehingga Jawa Tengah sebagai panghasil pangan justru terombang-ambing sebagai inflasi pangan.

“Memang kalau lihat kenapa dijakarta itu inflasi selalu stabil, tapi itu stabilnya stabil tinggi. Kalau kita semuakan begitu panen barangnya banyak pasti turun, tapi begitu nggak ada barang terasa banget kenaikannya,” jelasnya mengenai inflasi bahan pokok ini. (Kamal-01)

Berita Terkait

BERITA TERBARU

- Advertisement -spot_img

BERITA PILIHAN