Beranda Daerah PMII Demak Dorong Pelestarian Budaya Walisongo

PMII Demak Dorong Pelestarian Budaya Walisongo

PC PMII Demak bersama Narasumber dan organisasi muda lainnya saat gelar diskusi interaktif di Masjid Islamic Centre Demak. (Foto: Sam)

Demak, Jatengnews.id – Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Demak menggelar dialog interaktif bertajuk Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Pelestarian Budaya Walisongo yang digelar di Masjid Islamic Centre.

Kegiatan ini sebagai upaya pelestarian budaya Islam Nusantara bagi generasi muda untuk menjaga warisan peradaban Islam yang telah mengakar sejak era Kesultanan Demak pada abad ke-15.

Baca juga : Bertemu Milenial dan Gen Z, Aspirasi Pemuda Jepara Jadi Fokus Paslon Mawar di Pilkada 2024

PMII menggandeng sejumlah elemen pemuda dan akademisi guna mengkaji bagaimana strategi visual mampu menjadi jembatan pelestarian budaya di tengah derasnya arus modernisasi.

Ketua PC PMII Demak, Ahmad Nuruddin, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan ikhtiar kolektif yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

“Perlu keberanian dan konsistensi untuk menjaga budaya. Gagasan yang muncul di forum ini harapannya tidak hanya menjadi wacana, tapi bisa dikolaborasikan dan diwujudkan dalam aksi nyata,” ujarnya kepada Jatengnews, Sabtu (3/5/2025).

Hadir sebagai narasumber utama dari dosen Universitas Multimedia Nusantara, Zamzami Almakki sekaligus desainer logo Muktamar NU ke-33, mengajak peserta membedah persoalan pelestarian budaya dari sudut pandang desain.

Ia memperkenalkan konsep Human Centered Design (HCD), yakni pendekatan desain yang menempatkan kebutuhan dan harapan manusia sebagai poros utama.

“Manusia cenderung menyukai hal-hal yang sesuai dengan seleranya. Maka, visualisasi budaya pun harus bisa menjawab kebutuhan zaman, bukan sekadar mempertahankan bentuk lama,” jelas mahasiswa S3 Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu.

Zamzami juga memaparkan tahapan HCD yang mencakup Inspiration (pengamatan kebutuhan masyarakat), Ideation (penciptaan gagasan), dan Implementation (penerapan dalam bentuk karya nyata).

Ia kemudian mengajak peserta merumuskan jawaban atas empat pertanyaan fundamental: apa saja budaya Walisongo, mengapa sulit berkembang, apa tujuan pelestariannya, dan siapa targetnya.

Melalui diskusi, peserta mengidentifikasi sejumlah budaya Walisongo seperti wayang, gamelan, syair atau kidung, dan barongan. Tantangan pelestarian pun tak sedikit: citra kuno, kurang diminati generasi muda, hingga belum memiliki desain yang relevan dengan selera zaman.

“Namun pelestarian budaya tak sebatas nostalgia. Ini bisa menjadi media edukasi, refleksi sejarah, bahkan membuka peluang ekonomi dan lapangan kerja,” ungkap Zamzami.

Sasaran utama pelestarian, lanjutnya, adalah generasi muda usia 17 tahun ke atas dari berbagai latar budaya, tanpa memandang agama. Visual yang segar dan relevan dinilai menjadi kunci agar budaya Walisongo tetap hidup dan diterima lintas generasi.

Baca juga : Ribuan Massa Geruduk Kantor DPRD Jateng Demo Politik Dinasti

Acara ini dihadiri oleh berbagai organisasi pemuda dan keagamaan, seperti IPNU, IPPNU, Pagarnusa, Forum TBM Kabupaten Demak, serta mahasiswa STAI Islamic Centre Demak. (Sam-03)

Exit mobile version