
Jepara, Jatengnews.id – Ketua PKK Jateng Nawal Arafah Yasin meluncurkan buku karyanya berjudul Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan Seksuel di aula Perpustakaan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Kamis (14/5/2025).
Pada peluncurkan buku Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan Seksuel para akademisi, civitas Unisnu, dan pengasuh ponpes sangat mengapresiasi dan memuji karya Nawal Arafah Yasin tersebut.
Baca juga: Nawal Arafah Gelar Baca Bersama Jawa Tengah, Berharap Anak Remaja Berpikir Kritis
Buku ini, menawarkan kontribusi menciptakan institusi pendidikan yang inklusif, aman, dan mengembangkan kolaborasi mencegah perundungan.
Acara peluncuran ini dihadiri oleh Nawal Arafah, Rektor Unisnu Prof Dr Abdul Djamil, dan civitas akademika Unisnu. Hadir pula perwakilan RMI PCNU Jepara, pengurus organisasi perempuan Islam dan para pengasuh pondok pesantren.
Rektor Unisnu Prof Abdul Djamil mengatakan, karya itu merupakan sumbangsih penting, tidak hanya bagi dunia pendidikan Islam, tetapi bisa diadopsi pada lingkungan pendidikan secara general.
Menurutnya, secara parsial memang ada kasus kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut. Namun, hal tersebut tak lantas bisa digeneralisasi terjadi di seluruh ponpes.
Pada buku tersebut, Nawal memberikan solusi terhadap pencegahan terhadap perundungan dan kekerasan di pesantren.
“Karena itu perlu ada upaya antisipasi dan salah satunya secara konseptual, seperti gagasan ini apa yang harus dilakukan untuk menangkal itu di masa mendatang. Untuk memberi informasi pencegahan, sampai membentuk satgas misalnya,” ungkapnya, pada acara yang diselenggarakan Pusat Studi Gender dan Anak Unisnu Jepara.
Pengasuh Ponpes Tahfidz bagi difabel rungu “Irhamnyy Robby” Murniati, mengapresiasi konsep kolaborasi yang ditawarkan buku tersebut. Ia mengungkapkan, kolaborasi antara pengasuh, pembimbing (musyrif), orang tua dan stakeholder terkait wajib dilakukan. Ini mutlak, agar pesantren menjadi lembaga yang aman dan nyaman bagi peserta didik.
Ketua TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin mengungkapkan, buku tersebut lahir dari sebuah kasus perundungan di pesantren. Berangkat dari kasus tersebut, dia lantas menyusun buku yang menawarkan upaya resolusi terhadap kekerasan di lembaga pendidikan Islam. Beberapa poin yang ditawarkan di antaranya, kolaborasi pesantren dengan lembaga bantuan hukum, psikolog dan sektor kesehatan.
Selain itu, buku itu menawarkan upaya rehabilitasi bagi korban perundungan dan pelaku perundungan. Korban perundungan perlu dilindungi dan dikuatkan mental, mendapat afirmasi positif. Sebaliknya, pelaku perundungan acapkali mendapatkan perlakuan serupa di masa lalu atau di lingkungan rumah. Oleh karenanya, pelaku melampiaskannya pada junior atau mereka yang dianggap rentan.
Baca juga: Nawal Arafah Yasin Tinjau Lapas Perempuan
Keduanya, menurutnya perlu mendapatkan perhatian agar mereka pulih secara mental, fisik dan sosial. Harapannya, mereka dapat tumbuh secara sehat dan tetap berprestasi. Perlu juga, sebuah sistem acuan (SOP) untuk pengawasan terhadap anak didik. Juga internalisasi nilai sosial dan agama, pada anak.
“Untuk anti bullying itu kita perlu ada satu sistem pelaporan, yang bisa membuat nyaman dan aman, anak-anak juga bisa yakin, bahwa ini akan bisa diselesaikan dengan baik. Kemudian di samping itu ada identifikasi masalah, juga kegiatan korektif dan rehabilitasi,” pungkas Nawal.(02)