Karanganyar, Jatengnews.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Bank Jateng dan Pemkab Karanganyar semakin intensif meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Karanganyar.
Edukasi keuangan ini digelar dalam kegiatan Kick Off Bulan Literasi Keuangan dengan tema “Masa Depan Sejahtera dengan Perencanaan Keuangan” di Pendapa Rumah Dinas (Rumdin) Bupati Karanganyar pada Jumat (23/5/2025).
Ratusan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan nasabah Bank Jateng di wilayah Karanganyar menjadi sasaran kegiatan tersebut.
Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha PT Investree Radika Jaya
Bupati Karanganyar Rober Christanto memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini dan berharap terus berjalan agar masyarakat Karanganyar melek literasi keuangan.
Menurut bupati, bulan literasi ini diharapkan masyarakat Karanganyar di lebih cerdas dan pandai terkait literasi keuangan.
“Dengan mengikuti kegiatan literasi ini, tidak ada lagi kesalahan-kesalahan melakukan transaksi keuangan. Apalagi sampai terjerat pinjol,”ujarnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan
Pelindungan Konsumen OJK Pusat, Friderica Widyasari Dewi, mengungkapkan, berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 menunjukkan kenaikan indeks literasi keuangan mencapai 66,46 persen dan indeks inklusi keuangan 80,51 persen.
Atau mengalami peningkatan dibanding SNLIK 2024 yang menunjukkan indeks literasi keuangan 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan 75,02 persen.
“Masih terdapat gap antara indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Sehingga diperlukan upaya dalam mengakselerasi peningkatan pemahaman masyarakat terkait produk dan layanan jasa keuangan secara masif,”ujarnya.
Dijelaskannya, perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat memberikan dampak terhadap penetrasi digitalisasi serta memperluas akses masyarakat terhadap berbagai produk keuangan.
Baca juga: Hardiknas, Pemkab Karanganyar Beri Beasiswa Pelajar
‘’Namun perkembangan ke arah positif juga harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai dalam bidang pengelolaan keuangan,” katanya.
Ditambahkannya hasil SNLIK Tahun 2025 juga menunjukkan segmen pelajar/mahasiswa memiliki tingkat literasi atau inklusi keuangan yang lebih rendah dibandingkan tingkat nasional.
“Hal ini menunjukkan masih adanya kerentanan yang mungkin terjadi bagi generasi muda. Hal ini terlihat dari beberapa kasus yang menimpa mahasiswa di beberapa kampus. Belum lagi tantangan lain yang juga harus dihadapi generasi muda seperti trend gaya hidup berlebihan yang disebabkan oleh tekanan sosial maupun keinginan pribadi untuk mendapatkan secara sesuatu secara instant,”pungkasnya.(Adv-02)