Demak, Jatengnews.id – Grebeg Besar Demak 2025 kembali digelar dengan semarak. Grebeg Besar Demak juga menjadi denyut nadi Kabupaten Demak selama berabad-abad.
Kegiatan tahunan ini juga menjadi sebuah perayaan kolosal yang menyatukan kekayaan tradisi, spiritualitas, dan potensi ekonomi lokal di wilayah Kabupaten Demak.
Grebeg Besar Demak 2025 kali mengusung semangat pelestarian nilai leluhur sekaligus adaptasi zaman, perhelatan ini bukan sekadar seremonial, tapi refleksi mendalam tentang identitas Kabupaten Demak yang dikenal sebagai Kota Wali di tengah arus modernitas.
Selain itu, Grebeg Besar Demak ini juga bukan hanya pelestarian warisan budaya, tapi juga ruang integrasi antara pemerintah, masyarakat, dan spiritualitas.

Dari sowan kasepuhan, ziarah, pasar rakyat, hingga arak-arakan budaya, semuanya merekatkan jati diri Demak sebagai Kota Wali—tempat sejarah, agama, dan budaya bertemu dan menyatu dalam denyut kehidupan masyarakat.
Baca juga: Bupati Demak Lakukan Pisowanan, Minta Restu Kasepuhan untuk Grebeg Besar
Pemerintah Kabupaten Demak berharap, agenda ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga destinasi unggulan nasional, memperkuat ekonomi rakyat, dan menyemai karakter generasi penerus yang menghargai akar budaya.
“Mari jadikan Grebeg Besar ini sebagai momentum syukur, persatuan, dan promosi kekayaan budaya kita kepada dunia,” kata Bupati Eisti’anah.
Tradisi Pisowanan
Diawali dengan prosesi pembuka berlangsung pada Rabu, 7 Mei 2025 lalu, Grebeg Besar Demak ditandai dengan Pisowanan yang dilakukan oleh Bupati Demak, Eisti’anah, ke Pendopo Notobratan Kadilangu.
Pisowanan ini merupakan bentuk penghormatan kepada Kasepuhan Kadilangu sekaligus permohonan restu untuk keberlangsungan rangkaian Grebeg Besar.

Layaknya Sultan Fatah dahulu yang meminta nasihat dari Sunan Kalijaga, hari ini, tradisi itu tetap dijaga dalam wujud dialog spiritual antara pemimpin dan tokoh budaya.
“Kami memulai prosesi Grebeg Besar ini dengan memohon restu dari Kasepuhan agar seluruh kegiatan berjalan lancar dan membawa keberkahan. Ini bagian dari upaya kita menjaga warisan Walisongo,” ujar Bupati Eisti’anah dalam sambutannya.
Bupati juga mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan Grebeg Besar 2025 kali ini akan ada berbagai inovasi baru, tanpa meninggalkan pakem tradisi yang sudah turun-temurun. Salah satu hal baru yang disiapkan adalah upaya pemecahan rekor MURI tentang ‘Prajurit Demak Bintoro’ yang menjadi daya tarik tersendiri dalam kegiatan tersebut.
Sebagai informasi, tradisi pisowan ini juga menjadi bagian dari jejak kepemimpinan dan warisan Wali Songo dalam balutan budaya.
Pisowan Balasan
Dilanjutkan pisowan balasan berlangsung 14 Mei 2025 ke Pendopo Kabupaten Demak. Dengan iringan prajurit Demak dan tarian tradisional, suasana menjadi khidmat dan sarat makna.
Sesepuh Kadilangu, HR. Muhammad Cahyo Iman Santoso dalam pisowan balasan ini menekankan pentingnya menjaga tradisi secara konsisten namun tetap adaptif.

Beliau juga menyampaikan rasa syukur atas kesempatan untuk terus menjaga silaturahmi. Ia berharap budaya pisowanan seperti ini tetap dilestarikan dan diberi sentuhan inovasi tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Baca juga: Pisowanan Balasan Kasepuhan Kadilangu, Simbol Pelestarian Tradisi Leluhur
“Semoga pertemuan ini membawa keberkahan bagi kita semua. Budaya dan tradisi seperti ini penting untuk terus dijaga dan dikembangkan,” ungkapnya.
Pisowanan ini merupakan kunjungan balasan atas kehadiran Bupati Eisti’anah bersama Wakil Bupati Muhammad Badruddin dan jajaran Forkopimda yang pekan sebelumnya sowan ke Pendopo Notobratan, kediaman Kasepuhan Kadilangu.
Pertemuan ini sebagai bentuk kuatnya jalinan antara Pemerintah Kabupaten Demak dengan para penjaga nilai-nilai tradisi.
Guyangan dan Abon-abon
Memasuki awal Juni 2025, rangkaian prosesi Grebeg Besar Demak memasuki tahap sakral. Pada Selasa, 3 Juni, dilakukan ritual Guyangan atau pembersihan Kereta Kencana dan perlengkapan pusaka di halaman Dinas Pariwisata. Kereta ini kelak akan digunakan dalam arak-arakan budaya puncak Grebeg Besar.

Guyangan dipimpin oleh Ki Ahmad Widodo, tokoh spiritual yang dipercaya sebagai parogo. Ritual ini tak hanya menjaga kesucian benda pusaka, tapi menjadi simbol kesiapan batin untuk menyambut hari besar Iduladha.
Keesokan harinya, Rabu 4 Juni, giliran Keraton Surakarta yang menyerahkan Abon-Abon, yakni ubo rampe untuk penjamasan pusaka Sunan Kalijaga di Pendopo Notobratan. Penyerahan ini menandai keterhubungan budaya lintas kerajaan dan kekuatan spiritualitas yang membentang dari Surakarta ke Demak.
Baca juga: Keraton Surakarta Serahkan Abon-Abon ke Kadilangu, Penanda Grebeg Besar Demak Dimulai
“Tradisi ini menandai pentingnya menjaga kesinambungan budaya. Ini bukan benda biasa, melainkan simbol hubungan sejarah, spiritualitas, dan identitas,” kata Wakil Bupati Demak, Muhammad Badruddin.
Penjamasan pusaka dilakukan dengan menggunakan minyak kelentik sakral, hasil olahan rumit dengan syarat spiritual tertentu, yang hanya dapat dilakukan oleh perempuan menopause yang menjalani puasa ritual.

Sementara itu, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Adipati (KGPHA) Dipo Kusumo dari Keraton Surakarta menjelaskan bahwa tradisi Abon-abon telah menjadi agenda tahunan menjelang Idul Adha, khususnya untuk keperluan penjamasan pusaka Sunan Kalijaga.
“Keraton Surakarta setiap tahun menyerahkan perlengkapan penjamasan yang disebut ubo rampe, seperti minyak dan bunga. Minyak ini dibuat melalui proses ritual, termasuk pengambilan buah kelapa dari pohon tertentu yang condong ke arah kiblat di Masjid Agung Surakarta,” jelasnya.
Sebagai informasi, tradisi penjamasan pusaka meliputi pembersihan benda pusaka seperti Kyai Cerubuk dan Kotang Ontokusumo. Prosesi ini menjadi puncak dari rangkaian acara Grebeg Besar Demak, yang juga diisi dengan iring-iringan prajurit dan berbagai kegiatan budaya lainnya.
Pasar Rakyat
Sebelumnya, untuk menandai dibukanya Grebeg Besar Demak 2025, Bupati dan Wakil Bupati Demak berserta jajaran Forkopimda dan tokoh masyarakat melakukan ziarah ke makam Raja Demak dan Sunan Kalijaga yang digelar pada Jumat, 16 Mei 2025.
Kegiatan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap pendiri Demak, sekaligus doa agar prosesi budaya berlangsung dalam lindungan dan penuh berkah.
“Ziarah ini adalah napak tilas spiritual. Kita menyambung hubungan batin dengan para leluhur yang membangun Demak sebagai pusat Islam Nusantara,” tegas Bupati Demak Eisti’anah.
Baca juga: Pesta Rakyat Grebek Besar di Demak Kembali di Gelar 23 Hari, Catat Tanggalnya!
Sementara itu, Grebeg Besar Demak 2025 semakin meriah dengan adanya Pasar Rakyat Jogoloyo Bertempat di Jalan Diponegoro, tepat di depan RSI NU Demak.
Pasar Rakyat Jogoloyo tahun ini menghadirkan lebih dari 70 wahana permainan yang siap menarik minat pengunjung dari berbagai kalangan usia.
Beragam wahana permainan telah disiapkan, mulai dari dermolen, rainbow, jet coaster, rumah hantu, hingga tong stand. Yang menarik, beberapa wahana baru juga akan hadir dan diklaim belum pernah ada sebelumnya di Demak.
“Total ada 70 wahana yang kami siapkan, dari yang ramah anak-anak sampai yang menantang untuk dewasa. Beberapa di antaranya bahkan baru pertama kali kami hadirkan di Demak,” ujar Muntohar, Owners Diana Ria Enterprize, penyelenggara kegiatan, Jumat (23/5/2025).
Pasar Rakyat Jogoloyo resmi dibuka hari ini hingga 14 Juni 2025. Kegiatan ini digelar tanpa tiket masuk alias gratis. Namun, untuk menikmati setiap wahana, pengunjung cukup membayar antara Rp10.000 hingga Rp15.000.
Selain sebagai hiburan masyarakat, kehadiran Pasar Rakyat Jogoloyo juga diharapkan dapat menjadi ruang ekonomi bagi pelaku UMKM.
“Dengan adanya pasar rakyat ini, kami ingin memberi wadah bagi para pelaku UMKM di Demak untuk mencari rezeki. Harapannya, perputaran ekonomi di Kota Wali bisa semakin meningkat menjelang Idul Adha,” jelas Muntohar.
Untuk menjamin kenyamanan pengunjung, penyelenggara telah menyiapkan fasilitas dan sistem keamanan secara matang.

Sementara itu, Bupati Demak menambahkan, kegiatan Pasar Rakyat Jogoloyo berlangsung selama hampir sebulan, hingga Sabtu, 14 Juni 2025. Acara ini menjadi ruang interaksi warga, pelaku UMKM, dan wisatawan.
“Kami ingin semua pengunjung merasa aman dan nyaman. Jadi selain bersenang-senang, mereka juga pulang dengan kesan positif,” pungkasnya.
Dengan konsep yang memadukan hiburan modern dan tradisional, pasar ini menampilkan wahana seperti bianglala raksasa hingga permainan anak-anak. Tak ketinggalan, produk khas Demak seperti batik, makanan lokal, dan kerajinan dipamerkan dalam stan-stan kreatif. Kegiatan ini juga disisipkan agenda sosial seperti santunan anak yatim.
“Ini bukan hanya hiburan, tapi ruang ekonomi rakyat. Pemerintah ingin semua sektor masyarakat terlibat dan merasakan manfaat langsung,” tutu Bupati Demak. (Sam-01).