TEGAL, Jatengnews .id – Ritual ruwat bumi kembali digelar di objek wisata pemandian air panas Guci, Rabu (2/7/2025).
Tradisi tahunan ini merupakan ungkapan rasa syukur warga atas karunia alam sekaligus aktualisasi komitmen menjaga ekosistem kawasan di kaki Gunung Slamet agar tetap lestari.
Baca juga : Hasan Suhandi Kembali Pimpin Perumda Air Minum Tirta Bahari Tegal
Adapun, acara yang berlangsung sakral dan khidmat ini dihadiri oleh Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman beserta unsur Forkopimda Kabupaten Tegal.
Lewat sambutannya, Bupati Ischak mengajak elemen masyarakat menjaga dan melestarikan tradisi budaya lokal. Selain sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Sang Pencipta Alam juga komitmen bersama menjaga dan merawat lingkungan, mengingat kawasan Guci merupakan kawasan hutan yang kaya potensi sumber daya alam.
“Ruwat Bumi bukan hanya sekadar kegiatan seremonial tahunan, tetapi ini adalah ruang ekspresi budaya masyarakat dan warisan leluhur yang sarat makna. Tradisi ini mencerminkan keharmonisan antara manusia dengan alamnya,” ucap Ischak.
Budaya atau tradisi ruwat bumi Guci menjadi bagian dari jati diri bangsa di tengah dinamika globalisasi. Pelestarian budaya lokal diyakini mampu memperkuat identitas sekaligus daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Tradisi semacam ini tumbuh dari akar budaya warga yang otentik, berkelanjutan, dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat Guci melalui sektor pariwisata.
Potensi terbesar destinasi wisata ini adalah keberadaan pemandian air panas alami yang berasal dari aktivitas geothermal Gunung Slamet. Menurutnya, Guci memiliki kesamaan dengan onsen di Jepang maupun sumber air panas di Austria.
“Kandungan mineral dalam air panas Guci terbukti memiliki manfaat kesehatan bagi kulit, relaksasi otot, hingga terapi peredaran darah. Guci sudah dikenal luas, bahkan travel blogger mancanegara menyebutnya sebagai hidden paradise,” ucapnya.
Rencananya, Pemkab Tegal akan membangun jembatan baru tahun 2026 mendatang. Jembatan ini akan memfungsikan jalur alternatif untuk mengurai kemacetan saat arus puncak wisatawan tiba.
“Kalau kunjungan wisatawan terus meningkat, tentu roda perekonomian warganya akan bergerak lebih cepat,” tambahnya.
Bupati juga mencatat bahwa sepanjang tahun 2024, Guci telah dikunjungi oleh lebih dari 830 ribu wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, meningkat 0,24 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni menyampaikan tradisi ruwat bumi juga berfungsi sebagai ajang silaturahmi antarwarga desa. Dari sini kesadaran kolektif warga ikut tumbuh, terutama dalam menjaga kebersihan dan ketertiban Guci, termasuk pelestarian lingkungan di sekitarnya yang merupakan kawasan hutan lingsung dan hutan produksi.
Adapun rangkaian kegiatannya dimulai dari prosesi pengambilan air suci, dilanjutkan penyembelihan wedus kendit, ziarah makam, kirab budaya dari masing-masing desa, dan pagelaran seni tradisional.
Baca juga : Semakin Dipercantik, Wisata Pemandian Air Panas Guci Suguhkan Beragam Fasilitas Lengkap dan Modern
“Saya harap masyarakat bisa mengambil berkah dari ruwat bumi ini. Dan budaya ini bisa terus dilestarikan untuk anak cucu kita kelak,” pungkas Uwes. (03)