
SEMARANG, Jatengnews.id – Jamu tidak hanya sekadar minuman herbal tradisional, tetapi juga identitas budaya Jawa Tengah yang terus berkembang mengikuti zaman.
Adapun, hitu terlihat dalam Festival Jamu yang menjadi rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Tengah, Rabu (20/8/2025).
Baca juga : ASTON Inn Pandanaran Semarang Kenyamanan dan Kemewahan di Jantung Kota Semarang
Berbagai produk jamu inovatif ditampilkan dengan kemasan modern dan varian rasa baru yang menyasar semua kalangan, termasuk generasi muda, salah satunya dengan adanya cafe Jamu.
Tidak hanya jamu, cafe jamu juga menjual susu etawa dengan ekstrak kelor, jamu khusus pengatur asam urat, hingga sari kurma yang diformulasikan untuk meningkatkan nafsu makan anak.
Demas, pelaku usaha jamu yang tergabung dalam Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia (PPJAI), menilai transformasi ini merupakan langkah penting agar jamu tetap relevan di tengah perubahan gaya hidup masyarakat.
“Jamu kini tidak lagi identik dengan minuman pahit dari pedagang keliling, tapi sudah naik kelas dengan produksi industri, pemasaran digital, dan inovasi rasa. Ini membuat jamu semakin diterima masyarakat luas,” jelasnya.
Selain memperkenalkan inovasi, produksi jamu modern juga memberikan dampak ekonomi nyata. Ribuan botol dapat diproduksi setiap hari dengan bahan baku dari petani lokal. Harga yang ditawarkan pun masih terjangkau, berkisar Rp50.000 hingga Rp100.000 per produk.
“Dengan melibatkan petani, jamu bukan hanya melestarikan tradisi, tapi juga memberdayakan masyarakat,” tambah Demas.
Baca juga : Perluas Jangkauan Mamerta Cake & Cafe Hadir di Semarang
Festival Jamu ini sekaligus menjadi ajang promosi bagi UMKM dan produsen jamu di Jawa Tengah. Pemerintah daerah berharap jamu dapat menjadi bagian dari lifestyle masyarakat modern, sekaligus motor penggerak ekonomi lokal melalui pengembangan industri herbal.
Gelaran Festival Jamu akan berlangsung hingga 22 Agustus 2025, menegaskan posisi Jawa Tengah sebagai pusat pengembangan jamu nasional dengan inovasi yang tetap berakar pada tradisi. (03)