SEMARANG, Jatengnews.id – Sore itu, suasana Kopi Nako Semarang terasa berbeda. Lebih dari 200 orang, mulai dari pelajar, mahasiswa, akademisi, hingga komunitas literasi, berkumpul dalam forum intelektual yang dikemas hangat: Serial Bedah Buku persembahan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah.
Seri kedua kali ini mengangkat tema “Refleksi Tiga Jalan (Sejarah, Sains, dan Filsafat) Menuju Bangsa Beradab”, dengan titik fokus pada pilar sejarah melalui buku 1830 karya Melissa Sunjaya dan sejarawan Peter Carey.
Baca juga : Polda Jateng dan Kodam IV Diponegoro Siapkan Pengamanan Lebaran 2024
Hadir langsung sebagai narasumber utama, Professor Peter Carey—Emeritus Fellow Trinity College, Oxford—menyajikan paparan berjudul “Back to the Future: Reflections on the Java War (1825–30) and the Life of Prince Diponegoro”.
Dikenal luas sebagai pakar Diponegoro, Carey menekankan bahwa sang Pangeran adalah figur berintegritas tinggi, berani, dan jujur, yang selalu berdiri pada nilai moral meski menghadapi kekalahan.
“Sejarah bukan sekadar tentang kemenangan, tetapi tentang keberanian menjalani takdir, menjaga martabat, dan meninggalkan teladan,” tegas Carey, Selasa (26/08/2025).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, dalam sambutannya menekankan pentingnya kesadaran sejarah dalam membangun bangsa.
“Transformasi menuju Indonesia Emas 2045 hanya mungkin tercapai bila manusia Indonesia sadar sejarah, matang spiritual, dan kritis intelektual,” ujarnya.
Menurutnya, forum bedah buku ini bertujuan menggali nilai moral perjuangan Diponegoro—integritas, pengorbanan, serta keberanian—sekaligus mendorong lahirnya budaya literasi kritis dan dialogis di kalangan generasi muda.
Buku 1830 sendiri menyodorkan sembilan perspektif analisis yang mengajak pembaca meninjau ulang warisan kolonial, sekaligus menyadarkan bahwa jejak sejarah masih membentuk cara pandang bangsa hingga kini.
Melalui refleksi ini, peserta tidak hanya diajak mengingat masa lalu, tetapi juga mengolahnya menjadi pelajaran menghadapi tantangan era digitalisasi dan polarisasi opini publik.
Acara yang turut didukung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang ini disiarkan pula secara daring melalui kanal YouTube Bank Indonesia Jateng. Hadir berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pejabat daerah, akademisi, hingga komunitas sejarah dan literasi. Suasana diskusi berjalan cair, memungkinkan dialog lintas generasi yang memperkaya narasi kebangsaan.
Serial ini tidak berhenti di sini. Setelah menelusuri sains dan sejarah, pada seri ketiga mendatang pembahasan akan bergeser ke ranah filsafat. Tema ini diharapkan memperdalam kesadaran akan nilai, arah hidup, serta kebijaksanaan dalam menghadapi perubahan zaman.
Baca juga : Pangdam IV/Diponegoro Sebut Letkol Inf Sapto Broto Layak Jadi Menteri
Dengan demikian, sejarah, sains, dan filsafat tidak hanya menjadi disiplin akademis, melainkan jalan menuju bangsa yang beradab dan berkelanjutan. (03)