Semarang, JatengNews.id –Warga Dusun Bogosari, Desa Pringsari, Kabupaten Semarang berhasil bangkit dari dampak PHK massal di sektor garmen dengan mengembangkan usaha kerajinan keset dari kain perca, Selasa, (29/07/2025).
Program ini semakin kuat berkat pendampingan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang Posko 98 yang fokus pada pemasaran, pengemasan, dan pemanfaatan limbah agar lebih optimal.
Usaha kreatif ini menjadi bukti sinergi antara masyarakat dan perguruan tinggi mampu memperkuat ketahanan ekonomi desa pascapandemi COVID-19.
Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Edukasi Anak SD Ubah Botol Bekas Jadi Celengan
Hampir setiap rumah di RT 3 Bogosari kini aktif memproduksi keset, dengan 7–8 pelaku usaha utama, bahkan menjalar ke desa sekitar seperti Wonoyoso.
Salah satu pengrajin, ibu rumah tangga mantan buruh pabrik garmen, menuturkan kisahnya setelah kehilangan pekerjaan.
“Awalnya bikin keset ini cuma sambilan waktu masih kerja. Tapi sejak pabrik tutup karena pandemi, akhirnya saya tekuni serius. Bahannya dari kain perca sisa pabrik yang kami borong bareng-bareng biar tidak rebutan,” ujarnya.
Produksi keset telah berjalan sekitar lima tahun, dengan variasi keset rempel, lempit, hingga keset anyam yang paling diminati karena bisa memanfaatkan kain perca tanpa sisa.
Bahan baku diperoleh dari limbah pabrik seperti PT Pertiwi Indomas seharga Rp2.300/kg, sementara benang dijual Rp60.000/kg.
Dalam satu minggu, para pengrajin bisa mengirim keset ke pengepul di Semarang hingga tiga kali.
Harga jual mencapai Rp45.000 per paket melalui pengepul, atau Rp50.000 per buah bila dijual langsung ke konsumen. Proses produksi umumnya dilakukan di rumah dengan melibatkan anggota keluarga.
Selain bernilai ekonomis, usaha ini juga ramah lingkungan. Sisa kain perca tidak hanya dijadikan keset, tetapi juga dimanfaatkan sebagai isi kasur, gypsum, dan plafon rumah.
Inovasi ini mengingatkan warga pada usaha serupa di Wonoyoso tahun 1995, saat kain perca masih banyak dipakai sebagai isi kasur sebelum digantikan busa.
Dari limbah sederhana, warga Pringsari berhasil menciptakan peluang ekonomi baru.
Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Dukung Digitalisasi UMKM Desa Leyangan Lewat Google Maps
Kolaborasi bersama mahasiswa KKN UIN Walisongo membuktikan bahwa keterbatasan bisa diubah menjadi kekuatan, serta membuka jalan kemandirian ekonomi desa yang berkelanjutan.