
SEMARANG, Jatengnews.id – Suasana haru menyelimuti halaman Polda Jawa Tengah pada Minggu (31/8/2025). Tangis Sri Mulyani (47) pecah ketika memeluk erat putra tunggalnya, Ananda (16), yang sempat ditahan polisi usai kericuhan demo di Semarang.
Sri Mulyani mengaku tak menyangka anaknya berada di Mapolda Jateng. Ia menyebut Ananda bukan tipe remaja yang suka keluyuran, apalagi ikut demo.
“Saya itu sampai nggak bisa tidur, biasanya anak saya selalu izin kalau pergi. Tiba-tiba tidak pulang sejak Sabtu malam,” ungkap Sri sambil menangis.
Baca juga: Tim Hukum dan Orang Tua Dilarang Dampingi Pendemo yang Ditangkap Polda Jateng
Sri sempat khawatir putranya menjadi korban tawuran. Namun kabar penangkapan ratusan pelajar membuatnya memberanikan diri mendatangi Polda Jateng.
“Alhamdulillah anak saya ada di sini, sehat, dan baik-baik saja. Saya tidak percaya kalau dia ikut ricuh,” tambahnya.
Ananda, siswa kelas 1 SMK itu, membantah ikut aksi kericuhan. Ia mengaku sedang pulang dari membeli tas bekas di kawasan Stadion Diponegoro sebelum dihentikan polisi.
“Saya dihentikan polisi, dibilang ikut demo. Padahal saya habis thrifting. Cuma salahnya boncengan motor bertiga,” jelasnya.
Pertemuan dengan ibunya membuat Ananda menangis tersedu, berkali-kali meminta maaf karena membuat sang ibu khawatir.
Polisi Amankan 327 Orang
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menyampaikan pihaknya mengamankan 327 orang pasca-kericuhan di depan Mapolda Jateng.
- 320 orang statusnya hanya saksi, sebagian besar pelajar.
- Mereka dipulangkan setelah dipanggil orang tua dan diberikan nasihat.
- 7 orang ditetapkan sebagai tersangka perusakan fasilitas.
“Sebagian besar anak-anak kita beri pembinaan dan wajib lapor. Sementara tujuh orang lainnya ditetapkan tersangka karena perusakan,” ujar Artanto.
Baca juga: Ratusan Ojol Demo Tuntut Keadilan di Polda Jateng
Respons Tim Hukum
Sebelumnya, tim hukum dan orang tua sempat dilarang mendampingi para pelajar saat diperiksa. Tim Hukum Suara Aksi menilai polisi terlalu cepat menuding kelompok anarko sebagai biang kerusuhan.
“Kemarahan rakyat bukan lahir tanpa alasan, melainkan akibat kebijakan penguasa yang semena-mena dan korup,” tegas Nasrul Saftiar Dongoran, perwakilan Tim Hukum Suara Aksi. (01).